Telepon seluler di saku celana bergetar berkali-kali.Tampak dilayar, Mas Amin , seorang saudara yang masih satu kampung memanggil. Dengan nada lantang dan sedikit panik ia mengatakan jika membutuhkan bantuan saya. Istrinya tergolek lemas di rumah sakit karena penyakit yang dideritanya.
Menurut mas Amin, hasil pemeriksaan medis, sang Istri membutuhkan darah secepatnya, sebab HB dan Trombositnya turun drastis. Yang dibutuhkan adalah Golongan darah AB sebanyak beberapa kantong. Dari anggota keluarga sudah ada seorang pendonor yang siap diambil darahnya. Namun, masih dibutuhkan tiga orang pendonor lagi, begitu mas Amin menambahkan.
Rupanya belum beruntung, golongan darah saya adalah B, jadi tidak bisa untuk mendonor Istri mas Amin yang bergolongan darah AB. Sebagai rasa empati, saya berusaha membantu mencari orang bergolongan darah AB yang berkenan menyumbangkan darahnya. Mulai dari teman, tetangga, kerabat, sudah saya hubungi. Namun hasilnya nihil. Rupanya mencari golongan darah AB di lingkungan tempat tinggal saya tidak gampang. Kebanyakan dari mereka bergolongan darah B dan O.
Lalu saya segera meluncur ke rumah sakit yang berlokasi tidak terlalu jauh dari rumah. Sesampainya disana, menurut mas Amin sudah mendapatkan 5 orang bergolongan darah AB yang siap menjadi pendonor. Supir bus dan seorang kernetnya, serta tiga orang lainnya dari kampung sebelah. Mereka sudah berkumpul di depan ruang laboratorium untuk dicek dan diambil darahnya.
Lalu mereka masuk ke dalam sebuah ruangan di laboratorium……….
Beberapa saat kemudian, ada informasi dari petugas laboratorium jika empat dari lima orang tadi tidak bisa menjadi pendonor untuk istri mas Amin. Keempatnya ternyata bukan bergolongan darah AB seperti apa yang dibutuhkan. Satu orang bergolongan darah O, tiga lainnya bergolongan darah B.
Mendengar hal itu, lalu saya bertanya kepada mas Amin :
“ Lho mas, mereka bukan AB kok dibawa kesini ? “
“ Aku tuh sudah tanya sebelumnya ke mereka, apa golongan darahnya. Katanya seh AB, aku juga lihat di SIM dan KTP nya. Tulisannya golongan darah AB, Makanya tak bawa kesini “. Begitu penjelasan mas Amin
Bergeleng kepala setelah mendengar penjelasan dari mas Amin. Kok bisa ya , data golongan darah yang ada di SIM dan KTP berbeda dengan pemeriksaan laboratorium. Lalu saya bertanya kepada dua orang dari mereka :
“ Pak, tadi pemeriksaan hasilnya O, kok di KTP dan SIM bapak tertulis AB ? “
“ Ya saya nggak tau mas, dari dulu emang gini “ Kata salah seorang calon pendonor.
“ Lha bapak dulu nulis O di SIM dan KTP apa sudah pernah ngecek golongan darah ? “ Tanya saya penasaran.
“ Belum pernah “ . Dia menimpali.
Ternyata, keempat orang tadi belum pernah cek golongan darah. Mereka asal-asalan mengisi data golongan darah di SIM dan KTP. Mungkin mereka beranggapan tidaklah penting perihal golongan darah di SIM dan KTP. Hanya sebatas administrasi data saja, mungkin begitu dalam benak mereka.
Waduh bahaya, begitu kata saya dalam hati ketika mendengar hal tersebut. Ternyata banyak yang menyepelekan, bahkan asal-asalan mengisi data golongan darah pada indentitas baik SIM, KTP, atau mungkin tanda pengenal lainnya. Mungkin mereka kurang memahami akan pentingnya mengetahui golongan darah yang benar. Tidak mustahil, akan berakibat fatal jika salah memberkan informasi berkenaan golongan darah. So, bagi yang masih ragu atau belum mengetahui golongan darahnya, segera pergi ke lab untuk mengecek golongan darah….
Salam ( Rahardi Widodo )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H