Istilah "Kardus" sebenarnya tak asing bagi pegiat dan pengamat media sosial khususnya di bidang sepak bola. Istilah "Kardus" sebenarnya berasal dari kata "Fans Kardus" yang di mana diberikan pada seseorang yang seolah paham sepak bola dari permukaannya saja dan menjudges suatu klub atau pertandingan sepak bola.
Sebagai contoh, hanya melihat pertandingan dari highlights atau cuplikan pertandingan, ataupun membuat analogi yang tidak masuk akal. Istilah "Fans Kardus" sendiri pertama kali terdengar dari ucapan Justinus Lhaksana. Pria yang kerap disapa Coach Justin itu adalah seorang mantan pelatih timnas futsal Indonesia yang kini berprofesi sebagai pundit, atau pengamat sepak bola khususnya liga top Eropa.
Ungkapan "Fans Kardus" juga bisa dikatakan terhadap seseorang yang tak paham sepak bola dan hanya melihat dari permukaannya. Sebenarnya diksi "Kardus" ini bisa sangat luas tak hanya batasan sepak bola saja bisa juga olahraga lain.
Olahraga adalah masalah hasil, prestasi yang dicari. Mungkin kalimat itu, apabila keluar dari seseorang, kita bisa katakan bahwa ia seorang "Kardus". Ya, olahraga bukanlah berbicara tentang hasil, namun proses yang berperan penting di dalamnya. Maka dari itu dalam sebuah olahraga tak ada yang instan, bahkan mie instan saja membutuhkan proses menuju kematangan.
Bakat dalam olahraga memang sangatlah penting, tetapi dua hal yang terpenting. Yakni, kerja keras dan kesempatan. Kerja keras tentunya diterapkan saat latihan, bisa berupa latihan tambahan dan sebagainya. Kesempatan, olahraga berbicara soal mental bertanding, semakin sering bertanding maka mental bertanding akan datang dengan sendirinya.
Kerja keras, tentunya hal yang dimiliki setiap atlet. Sementara kesempatan, datang dari faktor eksternal baik pelatih, federasi dan sebagainya. Sebagai contoh dalam bulutangkis, kita selalu mengandalkan The Minions Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon dalam nomer ganda putra, tetapi dengan adanya kesempatan yang didapatkan oleh atlet lainnya, hal tersebut bisa dimanfaatkan.Â
Muhammad Soibul Fikri dan Bagas Maulana contohnya bisa membuktikan kesempatan dan berhasil menjuarai All England 2022 lalu, bahkan mengalahkan seniornya The Minions dan The Daddies.
Ketika kesempatan didapat, maka harus ada pembuktian. Berbicara soal pembuktian, baru saja timnas futsal putri baru saja memberikan pembuktian. Timnas futsal putri Indonesia berhasil menjadi runner up dalam turnamen NSDF Women's Futsal Championship 2022 di Thailand.Â
Garuda Pertiwi menjadi runner up setelah hanya kalah selisih gol dengan Thailand. Juara bersama tepatnya karena sebenarnya kedua tim antara Thailand dan Indonesia memiliki poin yang sama, dengan ini membuktikan bahwa Rani Mulyasari dan kawan-kawan berada selevel dengan Thailand.kemempora belum memastikan keberangkatan timnas futsal putri ke Sea Games 2021 Vietnam, bulan Mei mendatang. Hal itu dikarena alasan potensi prestasi dan track record. Kembali lagi, olahraga adalah sebuah proses bukan hanya menuntut hasil saja. Jangan seperti ucapan "Fans Kardus" itu tadi yang hanya melihat hasilnya
Hingga saat iniUntuk apa terus menuntut emas pada atlet yang sudah memiliki track record dan prestasi baik bahkan di kelas Asian Games atau Olimpiade. Justru multi event seperti Sea Games adalah ruang kesempatan bagi atlet muda dan cabor yang belum berprestasi.
Apabila demikian kelak Indonesia dapat memiliki kekuatan olahraga dalam berbagai cabor.