Soeratin lulus dan kemudian menjadi insinyur sipil, sepulangnya ke Hindia Belanda pada 1928 Soeratin sempat bekerja sebagai insinyur membuat infrastrukur di beberapa kota karena ia juga bekerja untuk perusahaan Kolonial yakni Sizten Lausada.
Saat itu dengan semangat bersatu dan anti kolonial, dalam momen pasca Kongres Pemuda I pada 1926 dan Kongres Pemuda II pada 1928 yang memunculkan juga Sumpah Pemuda. Semangat itu diterapkan Soeratin dalam sepak bola.
Dengan melakukan beberapa pertemuan diam-diam dengan beberapa bond menghindari Politieke Inlichtingen Dienst (PID) Polisi Belanda. Akhirnya pada 19 April 1930 di Yogyakarta terciptalah Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia.
Soeratin membangun PSSI bersama VIJ (Voetbalbond Indonesische Jacarta), BIVB (Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond), VVB (Vortenlandsche Voetbal Bond), MVB (Madioensche Voetbal Bond), IVBM (Indonesische Voetbal Bond Magelang), SIVB (Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond), dan PSM Mataram.
Tujuh pendiri itu juga menjadi pendiri PSSI, kini dikenal sebagai Persija Jakarta, Persib Bandung, Persis Solo, PPSM Magelang, PSM Madiun, Persebaya Surabaya, dan PSIM Yogyakarta.
Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia juga menjadi salah satu organisasi pergerakan nasional, selain persatuan antar bumiputra juga menggunakan nama Indonesia pra kemerdekaan.
Sudah 92 tahun PSSI berdiri, mulai dari Soeratin, Ali Sadikin, Azwar Anas, hingga Mochamad Iriawan telah menduduki kursi ketua umum. Gagasan Perserikatan, Galatama, bersatu dalam Liga Indonesia dan kini Liga Indonesia Baru, hingga Filanesia (Filosofi Sepak bola Indonesia) semua itu untuk membangun sepak bola nasional yang lebih baik.
Tetap jaya PSSI dan sepak bola nasional! Kami setia menunggu prestasimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H