Usai sudah gelaran AFF Futsal 2022 di Thailand, dengan tuan rumah kembali keluar menjadi juara untuk ke-15 kalinya dari 16 seri AFF yang sudah dimainkan. Seperti pada sepak bola, Indonesia kembali menjadi Runner Up. Indonesia telah menginjakan satu kaki untuk mengulang sejarah 12 tahun silam oleh Vennard Hutabarat, dkk yang berhasil menjadi juara AFF Futsal 2010 untuk pertama kalinya sebelum 59 detik terakhir.Â
Indonesia berhasil unggul lewat kesalahan yang dimanfaatkan Firman Ardiansyah berhasil memberi umpan pada Evan Soumilena, dengan mudah diceploskan ke gawang Thailand, 1-0 untuk Indonesia hingga jeda babak pertama. Mengawali babak kedua, tim Gajah Putih meningkatkan serangannya. Berada di bawah tekanan, Indonesia berhasil menciptakan serangan berbahaya dari paket duet Tsubasa-Misakinya Indonesia, yakni Syauqi Saud Lubis dan Ardiansyah Runtuboy. Akselerasi duo Bintang Timur Surabaya ini, berhasil membuat skor menjadi 2-0, setelah umpan dari Syauqi Saud dapat dimanfaatkan oleh Runtuboy. Ini bukan pertama kalinya mereka melakukan permainan tektok untuk membongkar gawang lawan.Â
Masih ingat jantung kita bertedak mamat kencang saat semifinal Leg kedua AFF 2020 sepak bola antara Indonesia vs Singapura lalu? Ya, hal tersebut terulang kembali. Under 5 minutes, Thailand menerapkan strategi powerplay dengan flying goalkeeper. Alhasil dalam 59 detik akhir, skor berubah menjadi 2-2 kematangan bermain dari Thailand yang menjadi langganan piala dunia futsal ini mampu secara dramatis memaksa Indonesia dengan ekstra time. Mengawali ekstra time 2 x 5 menit, kepeminpinan wasit yang berat sebelah membuat Evan Soumilena geram. Top skor Pro Liga Futsal 2020 itu mendapat kartu merah dan sempat mendorong wasit, tentunya hal tersebut adalah bentuk kekecewaan Evan yang juga merupakan anggota kepolisian, menjadi dejavu pada ingatan pada Final AFF 2016 sepak bola Leg kedua, Abduh Lestaluhu yang juga merupakan anggota TNI mendapat kartu merah dan sempat menendang bola ke bangku cadangan Chanatip Songkrasin, dkk waktu itu.Â
Sehingga dalam aturan futsal soal kartu merah Indonesia harus bermain 4 pemain dalam 3 menit, setelahnya boleh masuk kembali pemain kelima. Hebatnya Indonesia bisa menahan Muhammad Osamanmusa, Kritsada Wongkaeo, dkk pada posisi 4 pemain. Tembok kuat Muhammad Al Bagir tak terjebol hingga rampung babak ekstra time. Berlanjut pada drama adu pinalti, semua penendang Thailand sukses menceploskan bola ke gawang, sementara Indonesia sekali gagal lewat Ardiansyah Runtuboy.Â
Peluit panjang tanda futsal Thailand masih menjadi raja AFF dengan 15 trofi. Selain Al Bagir yang menjadi kiper terbaik AFF, hasil positif pasca turnamen ini adalah naiknya Indonesia ke peringkat 42 Futsal FIFA dari sebelumnya 45, dan peringkat 7 Futsal AFC dari sebelumnya 10. Hasil yang luar biasa, menahan Thailand yang punya pengalaman berkali-kali bermain di FIFA Futsal World Cup, kemudian situasi tim Indonesia baru saja ditinggal Kensuke Takahashi dari kursi kepelatihan. Persiapan menuju AFF ini baru dilakukan sebulan oleh coaching staff yang dulu bekerja juga bersama Coach Ken, dan baru satu minggu sebelum berangkat ke Thailand datang pelatih Mohammad Hashemzadeh yang juga ex legenda futsal Iran. Sebagai pelatih ia juga pernah membawa tim nasional futsal Iran ke peringkat tiga FIFA Futsal World Cup 2016.Â
Dari hasil tersebut justru ada isu bahwa kemempora tidak akan menurunkan tim futsal dalam Sea Games Vietnam Mei mendatang. Ini bukan kali pertama futsal dianaktirikan oleh kemenpora ataupun jajarannya, pada Asian Games 2018 saat Indonesia tuan rumah cabor Futsal ditiadakan. Padahal secara hasil dan rangking dunia, futsal Indonesia menunjukan hal yang positif. Sebenarnya apa yang terjadi, dan mengapa demikian?Â
Dalam aturannya mempora bertanggungjawab khususnya pada multi event, acuannya adalah potensi emas selain itu juga soal prestasi dan popularitas. FFI (Federasi Futsal Indonesia) di bawah Hary Tanoesoedibjo menunjukan prestasi dan polularitas futsal, bahkan bisa di bawah badminton, sepak bola, ataupun atletik.Dikalangan anak sekolah, dan mahasiswa banyak yang lebih memilih permainan futsal dibanding sepak bola, alasanya karena lebih sederhana dengan hanya minimal 5 orang dalam satu tim dan sewa lapangan yang murah.Â
Pesan untuk mempora, lebih memperhatikan potensi emas, tak hanya di futsal cabor yang lain demikian. Peraih langganan emas bertahun-tahun bukanlah potensi emas. Potensi emas ialah yang kemarin telah berjuang bisa menjadi rank 3 (perunggu) dan rank 2 (perak), itu lah olahraga bukan hanya soal hasil. Hasil bisa diraih dari sebuah proses yang tepat.
Penulis : RV Biaggi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H