Seusai pengepungan Thaif, tempat berlindungan Malik bin 'Auf setelah kekalahannya di Hunain. Rasulullah saw memutuskan kembali ke Mekkah dan singgah di Ji'ranah, tempat penyimpanan ghanimah dan tawanan kaum muslimin.
Kemudian datang Malik bin ' Auf menemui dan menagih janji Rasulullah, bahwa jika Malik datang kepada beliau dalam keadaan muslim , maka beliau akan mengembalikan harta dan keluarganya serta menambahnya dengan 100 ekor unta.
Malik datang dan menyatakan keislamannya dan mengambil apa yang telah dijanjikan Rasul saw kepadanya. Hal itu menyebabkan para sahabat khawatir bagian ghanimah mereka akan berkurang.
Tak cukup itu, Rasulullah membagi semua ghanimah menjadi lima bagian. Beliau memberikan dari bagian seperlimanya kepada orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap beliau di masa lalu dengan masing-masing 100 ekor unta sebagai tambahan terhadap bagian mereka sendiri sekaligus untuk membujuk hati mereka.
Beliau juga memberikan 50 ekor unta kepada orang- orang selain mereka ( muallaf) sebagai tambahan. Dan beliau sebagai kepala negara telah memenuhi semua kebutuhan orang- orang mualaf ( Daulah Islam, Taqiyyudin An-Nabhani, hal 162).
Betapa indahnya hidup ketika hanya aturan syariah yang menjadi standar pengaturannya. Bagi seorang mualaf yang hatinya telah tertundukkan oleh Islam negara hadir untuk membangun keimanannya makin kuat dengan mengkondisikan suasana keimanan yang terus menerus.
Salah satunya harta diawal keimanan mereka supaya hati yang tertundukkan menjadi lembut. Kelak jika imannya makin bertumbuh menguat, muncullah kesadaran yang benar tentang keimanannya.
Berapa banyak mualaf di negri ini yang tidak  mendapat pengurusan dari negara ? ironinya banyak dari mereka mendapatkan sanksi ekonomi karena dianggap melakukan kesalahan yaitu berpindah agama. Meyakini agama yang benar dan membuang yang salah bukanlah kesalahan, itulah bukti kebenaran Allah menciptakan akal yang berfungsi sebagai pembeda. Bahkan Islam amat memuliakan para mualaf.
Namun menjadi sebuah khayali ketika politiknya saja memisahkan agama dari kehidupan alias sekuler. Kemudian menjadikan urusan mualaf sebagai kewajiban yang ada di pundak negara. Tidak heran jika benih keimanan yang seuprit kemudian goyah kembali karena pengurusan yang buruk. Inilah yang meredupkan cahaya Islam bagi seluruh alam semesta.
Rasulullah telah memberikan contoh kepada kita bagaimana seharusnya memperlakukan para mualaf. Lantas adakah tauladan lain yang lebih indah?
Oleh: Rut Sri Wahyuningsih