Manusia saling berinteraksi satu dengan yang lainnya karena manusia saling membutuhkan. Kebutuhan manusia banyak dan bermacam-macam seperti makan, minum, rumah, pendidikan, dan sebagainya. Semua kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi dengan sendirinya, oleh karena itu manusia memerlukan orang lain untuk memenuhinya. Misalnya kebutuhan untuk makan akan dapat terpenuhi dengan baik jika tanpa adanya petani dan penjual beras di pasar. Selain itu, di dalam diri manusia juga terdapat hasrat untuk saling berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
Hakikat Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Sebagai makhluk individu dan makhluk sosial manusia adalah makhluk yang unik. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki kepribadian yang unik. Manusia memiliki penampilan fisik, kemampuan, kebutuhan, perasaan, dan sikap yang berbeda dengan sesamanya. Keunikan ini dapat dilihat ketika seseorang bereaksi terhadap situasi dalam hidupnya. Selain sebagai makhluk individu, manusia juga makhluk sosial. Dari sejak lahir seseorang sudah membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan ini mengarahkan manusia untuk hidup bersama dengan orang lain. Dalam kebersamaan itu manusia saling menjalin interaksi sosial yang satu dengan yang lainnya. Menurut Aristoteles, manusia pada kodratnya adalah makhluk sosial. Dia tidak akan memperoleh keutamaan dan menjadi baik jika dia tidak mempunyai teman dan terasing dari masyarakatnya. Menurutnya, manusia harus hidup dalam masyarakat. Di dalam hidup bermasyarakat, sebagai anggota masyarakat kita harus menunjukan sikap sosial yang positif. Bentuk sikap sosial yang positif antara lain adalah tenggang rasa, kerja sama, dan solidaritas.
Walaupun manusia saling mengenal antara yang satu dengan yang lainnya, namun antara individu satu dengan individu yang lainnya semuanya memiliki perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut berupa perbedaan watak dan perbedaan karekteristik yang dimiliki tiap individu yang diperoleh sejak individu tersebut dilahirkan. Selain itu, pergaulan dari tiap individu juga memengaruhi perbedaan watak dan karateristik individu. Watak dan karateristik tersebut termasuk sebagai ciri-ciri khusus seseorang yang dapat menandai eksistensi atau keberadaanya di masyarakat. Ciri-ciri khusus ini disebut juga sebagai identitas.
Salah satu sosiolog, Anthony Giddens, mengatakan bahwa identitas manusia dapat dibedakan sebagai berikut:
- Identitas primer adalah identitas yang terbentuk pada awal kehidupan, termasuk gender, ras, dan etnis.
- Identitas sekunder adalah identitas yang dibentuk dari identitas primer dan mencakup juga identitas yang terkait peran dan status sosial. Identitas ini dapat berubah seiring dengan perubahan peran dan status seseorang.
Identitas yang dimiliki oleh individu dapat memperlihatkan persamaan dan perbedaan dalam interaksi sosial. Identitas individu atau pribadi bersifat unik dan berbeda dari orang lain serta dipandang unik dan berbeda oleh orang lain. Contohnya, nama-nama kita merupakan identitas pribadi kita. Adapun identitas kolektif atau sosial memperlihatkan persamaan dengan orang lain. Contohnya, identitas sebagai karyawan, pelajar, pilot, pengacara, atau guru. Identitas-identitas ini bisa menjadi sumber rasa solidaritas saat menjadi anggota dari suatu kelompok. Identitas individu dan identitas sosial merupakan satu kesatuan yang ada dalam diri kita.
Mengenai  identitas seseorang dalam kelompok atau masyarakat tentu tidak akan dilihat dari satu sudut pandang saja, tetapi juga akan dilihat dari sudut pandang, cara, dan ukuran yang beragam. Berbagai sudut pandang, cara, dan ukuran dari identitas seseorang tersebut disebut dengan multidimensi identitas. Multidimensi identitas dalam subjek individu maupun kelompok muncul karena adanya pandangan yang beragam dari anggota-anggota masyarakat terhadap seseorang yang menyandang identitas tertentu. Hal ini disebabkan oleh cara pandang yang berbeda terhadap status dan peranan seseorang dalam kelompok, ukuran yang selalu berubah tidak sebanding dengan kemampuan seorang penyandang identitas, budaya masyarakat yang beragam dalam memandang identitas seseorang.Â
Sedangkan dalam identitas individu maupun kelompok di masyarakat pasti kita akan membahas pula tentang status dan peran yang disandangnya. Ini artinya bahwa setiap individu memiliki beberapa status atau kedudukan yang disandangnya. Misalnya, seorang siswa SMA mempunya status sebagai anak dari kedua orangtuanya dan sebagai warga masyarakat.
Status atau kedudukan seseorang di masyarakat terkait kewajiban dan tanggung jawab yang harus dilaksanakannya. Status atau kedudukan merupakan posisi secara umum di masyarakat dalam hubungannya dengan orang lain. Di dalam masyarakat sederhana dan masyarakat modern setiap orang memiliki status masing-masing. Misalnya, kedudukan seseorang sebagai seorang anak, orang tua, dan atau sebagai tokoh masyarakat. Tiap status memiliki peran yang disandangnya. Peran adalah perilaku yang diharapakan oleh pihak lain terhadap seseorang dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang disandangnya.
Materi: dari berbagai sumber.