Mohon tunggu...
Ruth Elsaday
Ruth Elsaday Mohon Tunggu... Wiraswasta - Staff

Seorang lulus PGSD. Gemar menonton film, mendengarkan musik, travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Multiple Intelligence by Horward Gardner

21 November 2022   11:28 Diperbarui: 21 November 2022   11:39 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori multiple intelligence, teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. beliau lahir pada tanggal 11 Juli 1943 di Scranton, Pennsylvania, Amerika Serikat. Ia memulai menuliskan gagasannya tentang kecerdasan ganda dalam bukunya  yang berjudul "Frames of Minds" pada tahun 1983.  Kecerdasan dalam multiple intelligences menurut Gardner meliputi kecerdasan verbal-lingustik (cerdas kata), kecerdasan logis-matematis (cerdas angka), kecerdasan visual-spasial (cerdas gambar-warna), kecerdasan musikal (cerdas musik-lagu), kecerdasan kinestetik (cerdas gerak), kecerdasan interpersonal (cerdas sosial), kecerdasan intrapersonal (cerdas diri), kecerdasan naturalis (cerdas alam), kecerdasan eksistensial (cerdas hakikat). Setiap kecerdasan dalam multiple intelligences ini memiliki indikator tertentu. Kecerdasan majemuk anak dapat diketahui melalui observasi terhadap perilaku, tindakan, kecenderungan bertindak, kepekaan anak terhadap sesuatu, kemampuan yang menonjol, reaksi spontan, sikap, dan kesenangan. Teori ini merupakan jalan kemungkinan bagi setiap anak untuk belajar dan mencapai tugas perkembangan.  

Dalam pendidikan di sekolah, pendidikan yang berbasis multiple intelligences, berpeluang memberikan pengalaman hidup yang menyenangkan bagi anak dan memantik kecerdasan mereka. Multiple intelligences juga menghindarkan anak dari kegagalan tugas perkembangan, seperti rasa rendah diri dan tidak bahagia, rasa ketidaksetujuan dan penolakan sosial, yang akan menyulitkan penguasaan tugas perkembangan baru. Tugas perkembangan akan terganggu jika anak tidak memperoleh kesempatan untuk belajar apa yang diharapkan oleh kelompok sekolah, tidak memperoleh bimbingan dalam belajar, dan tidak memiliki motivasi untuk belajar.

Masalah yang terjadi dalam pendidikan sekolah di Indonesia, Pendidik hingga saat ini masih menerapkan pendekatan akademik penuh hafalan. Praktik yang sesuai dengan kebutuhan/perkembangan anak masih belum seluruhnya diterapkan. Keberhasilan belajar anak hanya diukur dari kepatuhan, kemampuan kognitif dan sosial anak. Anak-anak yang memiliki kecerdasan kinestetik, intrapersonal, dan naturalis dipandang sebagai anak-anak yang bermasalah. Beberapa pendidik, bahkan, mengecap mereka sebagai anak yang hiperaktif, kuper, dan tidak rapih. Pandangan ini telah membawa efek yang merugikan bagi anak-anak, terutama bagi perkembangan mereka. Namun jika dapat menerapkannya, anak-anak yang dididik dengan konsep multiple intelligences akan mendapatkan perlakuan yang adil. Mereka akan memperoleh kesempatan berkembang sehingga setiap indikator dari kecerdasan berkembang optimal, dan menimbulkan bentuk keterampilan yang beragam serta menakjubkan. Dengan begitu, multiple intelligences memberikan kesempatan pada anak untuk mendapatkan dukungan untuk pencapaian tugas perkembangan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun