Mohon tunggu...
Ruth Anasthasia
Ruth Anasthasia Mohon Tunggu... -

predictably unpredictable

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Macet, Masih Jaman?

13 Oktober 2011   14:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:59 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penduduk Jakarta sudah tidak asing lagi dengan kemacetan lalu lintas dimana-mana. Tidak hanya pagi dan malam ketika jalanan sedang penuh-penuhnya dengan orang-orang yang berangkat dan pulang dari aktivitasnya, tapi siang hari pun juga sering terjadi kemacetan. Lihat saja timeline twitter ketika sedang menikmati kemacetan, banyak sekali keluhan tentang macet. Tapi apa yang mereka dapatkan dari hanya sekedar mengeluh? Hanya kepuasan batin mengeluh dan marah-marah dengan meng-update status.

Apa sih yang bisa mengurangi kemacetan Jakarta? Kita cuma bisa ambil peran kecil, selebihnya pemerintah. Karena tidak bisa mengatasi kemacetan sendiri secara instan, maka perlu dipikirkan caranya bagaimana supaya terhindar dari kemacetan. Setidaknya, menghindari. Kalau pun tidak bisa menghindari macet, ya pasrah saja, atau pindah dari Jakarta.

Saya beruntung bertempat tinggal di daerah yang dekat dengan jalur kereta. Saya berkali-kali masih mengagumi efisiensi kereta api. Bayangkan, kalau saya mengendarai mobil akan memakan waktu setidaknya satu setengah jam untuk sampai tempat tujuan, tapi kalau saya naik kereta, hanya butuh waktu 15-20 menit saja.  Sangat jauh perbandingannya bukan? Biayanya yang juga sangat terjangkau akan membuat anda semakin berdecak kagum ketika di dalam kereta anda melihat keluar jalanan yang sangat macet, mobil tidak bisa bergerak sedangkan anda di dalam kereta sedang melaju dengan cepat. Tapi memang sayang sekali kadang pelayanannya kurang bagus. Coba saja diperluas jalur-jalur kereta dan armada nya, saya yakin penduduk Jakarta akan lebih memilih naik kereta dibandingkan menyetir mobil. Busway pun menurut saya tidak maksimal untuk menghindari kemacetan Jakarta.

Selain kereta api yang super cepat, ada juga fasilitas yang sering kita temui di jalan-jalan. Tukang ojek. Berangkat dari ketidaksabaran akan kemacetan Jakarta, saya yang anti debu dan asap, mulai mengalah demi terhindar dari kemacetan, untuk naik ojek. Saya juga masih sering terkagum-kagum ketika pergi dan pulang ke suatu tempat menggunakan ojek, sangat menghemat waktu. Sangat menyenangkan melihat kemacetan Jakarta, tapi saya tetap melaju dengan ojek. Yang lebih menyenangkan adalah kalau punya ojek langganan yang bisa di telepon kapan pun dan dengan harga yang lebih murah pastinya.

Maka, manfaatkanlah kedua transportasi ini untuk meninggalkan kemacetan Jakarta yang tidak akan pernah ada habisnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun