Di balik dinginnya dinding beton dan terbatasnya ruang gerak, terdapat sebuah kisah harmoni yang menggetarkan jiwa di Rutan Temanggung. Meskipun terpisah dari dunia luar oleh jeruji besi, warga binaan di sini menemukan kebebasan dalam menyanyi dan bermain gitar.
Tidak hanya menyanyi, tetapi juga suara gitar yang gemerincing memenuhi ruang dengan keajaiban musik. Setiap senar yang dipetik adalah pelarian dari realitas yang keras. Dengan setiap catatan yang dimainkan, mereka merangkul momen kebebasan yang sementara dari batas-batas fisik yang membelenggu.
Tidak ada lagi status sosial atau latar belakang kriminal yang memisahkan mereka. Di sini, mereka adalah satu, terikat oleh hasrat bersama untuk mengekspresikan diri melalui musik. Dalam harmoni yang tercipta, terdapat kedamaian yang sulit ditemukan di tempat-tempat lain.
Mungkin bagi sebagian orang, Rutan Temanggung adalah lambang dari keterbatasan dan hukuman. Namun, bagi mereka yang tinggal di dalamnya, itu adalah panggung di mana mereka menari dengan melodi kehidupan mereka yang baru ditemukan. Di balik jeruji, terdapat sebuah harmoni yang mengingatkan kita bahwa jiwa manusia tidak pernah bisa terkekang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H