Raden Arasoma lebih dulu memasang kuda-kuda dalam posisi menyerang, seolah ingin segera menuntaskan pertarungan itu. Tidak ingin membuang waktu, begitu Raden Arya Prabu meninggalkan gelanggang, Raden Arasoma serta merta menyerang. Sebagai ksatria yang sudah sangat berpengalaman, mendapat serangan mendadak bagi Bambang Soda bukan masalah besar. Kecepatannya dari membaca gerakan musuh, menganalisa kemana arah gerakannya sampai memilah reaksi yang terbaik untuk menangkalnya, hampir menyamai refleksnya seekor lalat. Luput. Pukulan Arasoma menebas udara satu inchi di sisi kiri kepala Bambang Soda yang dengan enteng bergeser sambil memutarkan kepalanya mengikuti arah pukulan Arasoma. Gerakan ini mengakibatkan bagian belakang tubuh Bambang Soda terekspos. Pertahanan di bagian ini menjadi terlihat lemah. Arasoma melihat peluang ini, nafsunya yang terlalu besar untuk mengalahkan Bambang Soda membuatnya cepat-cepat memutuskan untuk menyarangkan satu tendangan menyasar tengkuk Bambang Soda setelah menarik pukulan tangannya tadi yang tidak mengenai sasaran. Arasoma tidak menyadari bahwa Bambang Soda sengaja mengekspos bagian belakang tubuhnya tadi untuk memancing tendangan dari Arasoma. Arasoma terpancing. Akibatnya fatal, Bambang Soda kembali mengelak dari tendangan Arasoma dengan memutar badannya satu putaran penuh melawan arah pukulan tangan Arasoma tadi sambil membungkuk. Gerakan yang sama sekali tidak diduga oleh Arasoma. Gaya sentripugal yang diperoleh dari gerakan memutar satu putaran penuh tadi mampu menggandakan tenaga pukulan yang tepat mendarat di bagian belakang Arasoma, sedetik sebelum tendangan kaki Arasoma menjejak tanah. Tak pelak lagi, Arasoma terhuyung. Arasoma tampak menyadari kecerobohannya tadi. Segera dia memusatkan pikiran, mengendalikan emosi dan meningkatkan kewaspadaan. Bambang Soda tidak bisa dianggap enteng. Selanjutnya pertarungan semakin sengit karena keduanya sudah menyadari bahwa pertarungan bukan melalu adu kekuatan fisik tapi lebih dari itu, pertarungan adalah adu pengendalian diri dan mental. Para penonton semakin riuh. Hampir seluruh penonton meneriakan dukungan kepada Bambang Soda karena kebanyakan tidak rela kalau Dewi Kunti akan jatuh ke tangan Raden Arasoma dan tidak ditempatkan dalam posisi yang semestinya, sebagai pembantu.
Dalam satu kesempatan pertarungan itu, Bambang Soda berhasil melumpuhkan Arasoma dan melemparnya sampai ke pinggir arena yang berupa lapangan alun-alun yang luas. Pertarungan sepertinya sudah berlangsung cukup lama. Lebih lama daripada pertarungan pertama tadi. Matahari hampir berada pada puncak panasnya.
Begitu tubuh Arasoma menyentuh tanah, Arasoma langsung bangkit. Dia melihat Bambang Soda berjalan dari tengah Arena menghampirinya. Arasoma hanya menyeringai. Dia ingat bahwa dia memiliki satu ajian pemberian mertuanya yaitu “Aji Chandra Birawa”. Inilah saatnya dipergunakan, pikirnya. Raden Arasoma kembali tegak. Sebelum Bambang Soda tepat berada di hadapannya, mantra “Aji Chandra Birawa” rampung dirapal. Sebuah ajian atau ilmu kanuraga berwujud raksasa yang tak kasat mata yang akan membantu Raden Arasoma dalam pertarungan. Dengan itu kekuatan pukulan Raden Arasoma bisa mencapai kekuatan 1000 kati. Dengan daya pukulan sebesar itu, tubuh Bambang Soda tak akan mampu menahannya. Terbukti kemudian sesaat setelah hanya beberapa langkah di hadapan Arasoma yang sudah tegak berdiri, Bambang Soda kembali bermaksud menyarangkan pukulan sepenuh tenaga bermaksud menghabisi Arasoma saat itu juga. Arasoma tetap berdiri tenang. Dia yakin bahwa “Aji Chandra Birawa” yang dipergunakannya tidak bakal mengecewakannya. Tepat satu jengkal pukulan Bambang Soda menyentuh sasaran, yaitu dada Arasoma, pukulan Arasoma yang sudah ditenagai “Aji Chandra Birawa” lebih dulu menghujam di kepala Bambang Soda. Seandainya pukulan itu mengenai kepala seekor banteng, maka isi kepala banteng tersebut akan berhamburan. Tapi Bambang Soda hanya tergeletak sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing bukan kepalang. Tapi tak urung membuat Bambang Soda menyatakan diri tidak mampu meneruskan pertarungan. Raden Arasoma terlihat santai dan biasa saja mendengar pernyataan kalah dari mulut Bambang Soda. Dalam hati dia kagum dengan kekuatan Bambang Soda dalam menerima pukulan “Aji Chandra Birawa”.
Sekejap seluruh penjuru arena sayembara hening. Semua yang berada di arena penonton, peserta, pedagang dan seluruh anggota keluarga kerajaan Manduraharja seperti terhipnotis. Apa yang mereka kawatirkan sudah terjadi. Bayangan putri mahkota kerjaan, Dewi Kunti, akan menjadi pembantu di kerajaan Mandaraka begitu jelas. Mau tidak mau jika itu hasil sayembara, maka harus dilaksanakan. Mengabaikan hasil sayembara akan membawa bencana yang lebih besar lagi bagi kerajaan.
Dengan sigap Raden Arya Prabu sebagai Panata Calaka Nagara mengambil alih suasana. Diperlukan kebesaran hati untuk menerima kenyataan ini, Raden Arya Prabu menyadari sepenuhnya akan hal ini. Raden Arya Prabu segera mengumumkan kekalahan Bambang Soda dari Raden Arasoma yang berarti sayembara telah dimenangkan oleh Raden Arasoma. Maka segenap hak bagi pemenang sayembara akan diserahkan. Tapi tanpa diduga oleh segenap khalayak ramai, Raden Arasoma menolak. Dia mengatakn, sebelum pertarungan di mulai dia sudah menyampaikan bahwa tujuan mengikuti sayembara ini adalah untuk menjajal kemampuan dia bertarung dan untuk mengukur sejauh mana ilmu bertarung yang sudah dimilikinya. Raden Arasoma sedikit pun tidak tertarik dengan kecantikan Dewi Kunti Nalibrata. Maka, Raden Arasoma meminta kepada Raden Arya Prabu untuk melanjutkan sayembara dengan Raden Arasoma sebagai jago sayembara. Artinya barang siapa peserta sayembara berhasil mengalahkannya, maka dia yang berhak atas Dewi Kunti sebagai hadiahnya. Dan ditambah Dewi Madrim, adiknya yang menemaninya datang ke tempat sayembara, sebagai tambahannya.
Setelah Raden Arya Prabu berunding dengan jajaran panitia dan keluarga besar kerajaan, maka sayembara akan dilanjutkan untuk mengabulkan keinginan Raden Arasoma. Demi mendengar hal itu, seluruh penonton dan para peserta yang belum sempat berlaga bersorak senang.
Sayembara dilanjutkan dengan peserta berikut yaitu, Raden Pandu dari Astinapura.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H