Pendidikan merupakan hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Di zaman yang semakin maju dan berkembang ini pendidikan terus menunjukkan eksistensinya agar setiap siswa dapat mendapatkan pendidikan yang layak untuk kepentingan kehidupannya. Pendidikan dapat menjadikan seseorang kompeten dibidang yang mereka tekuni.Â
Dalam dunia pendidikan di Indonesia matematika merupakan subjek pelajaran yang wajib dipelajari untuk setiap anak dimulai dari pendidikan usia dini hingga tingkat perguruan tinggi. Namun, tidak sedikit anak yang menyebutkan bahwa pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang membuat mereka pusing dan tidak menarik.
Matematika merupakan ilmu mengenai logika yang membahas tentang bentuk, susunan, besaran, konsep yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dengan kuantitas yang besar dan terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.Â
Berdasarkan definisi yang telah dituliskan di atas, dapat diketahui bahwa mata pelajaran matematika bukan pelajaran yang mudah untuk dipelajari. Karena anak dari awal sudah beranggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit.Â
Sehingga jika anggapan ini terus menerus berlangsung dari generasi ke generasi maka bukan tidak mungkin akan mempengaruhi hasil belajar matematika anak. Padahal standar yang berlaku di sekolah semakin tinggi, begitu juga dengan standar pembelajaran matematika di sekolah.
Hasil pembelajaran merupakan suatu kinerja yang diindikasikan sebagai kemampuan yang telah didapatkan oleh anak. Hasil pembelajaran dinyatakan dalam bentuk tujuan khusus.Â
Hasil pembelajaran anak berkaitan dengan proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. hasil pembelajaran pada dasarnya dibedakan menjadi dua yaitu pengetahuan dan keterampilan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hasil belajar anak diduga dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya kemampuan resiliensi dan kecemasan matematika anak.
Kemampuan resiliensi matematis merupakan suatu kemampuan dari anak untuk menghadapi dan juga mengatasi segala kesulitan serta hambatan selama pembelajaran matematika sedang berlangsung.Â
Dimana jika seorang anak mempunyai kemampuan resiliensi matematis yang tinggi maka ia tidak akan mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan dalam pembelajaran matematika. Sehingga kemampuan resiliensi matematis anak mempunyai kemungkinan untuk mempengaruhi hasil belajar matematikanya.
Kecemasan matematika atau math anxiety merupakan respon negative terhadap matematika yang disebabkan oleh adanya pengalaman yang kurang baik, rendahnya kemampuan anak dalam pembelajaran matematika, ketegangan mental dan fisik ketika mengikuti pembelajaran matematika.Â
Anak yang mengalami kecemasan matematika sulit untuk menangkap informasi dan konsep pembelajaran, sehingga akan berdampak terhadap kualitas hasil belajar matematika anak.