Mohon tunggu...
rusyana rudi
rusyana rudi Mohon Tunggu... Guru - Menulis Menulis dan Menulis dan pintu Menulis adalah Membaca, maka Bacalah dan Tulislah

sudah lama saya memiliki hoby menulis puisi,cerpen dan curat coret sketsa, namun hanya bisa di konsumsi sendiri, dicetak sendiri dan dinikmati sendiri (hehehe),belum ada yang mau menerima karya sederhana saya. Namun walau demikian, ga ada bosannya saya menulis puisi, terutama sebgaian besar bertema kaum marginalis. Selain itu hoby saya juga membaca sejarah dan mengagumi heritage dibeberapa daerah,walupun hanya lewat foto dan tayangan di beberapa channel youtube hari ini. Profesi saya saat ini sebagai Guru di SLB Negeri Purwakarta. Mengajar yang paling berkesan sejak menjadi guru di tahun 1996 di berbagai satuan pendidikan (SD,,SMP,MA/SMK dan Perguruan Tinggi), hanyalah di SLB, saya belajar sabar dan ikhlas dalam membimbing dan mendidik anak, Guru bukan hanya transfer ilmu tetapi transfer kasih sayang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Taubatan Nashuha

16 Oktober 2024   23:10 Diperbarui: 16 Oktober 2024   23:48 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Taubatan Nashuha

Karya : Rudi Rusyana (Rosianadinata)

Kekuatan syair lagu sang legendaris Ebiet G Ade

t'lah menyihir semua jiwa ragaku, memaksaku tuk kembali ke masa kecilku

Menarikku ...menjambakku berlari kebelakang

merindukan sesuatu yang t'lah hilang tertelan pengapnya kemunafikan

sementara belaian syair-syair dari lagu recehan mendayu bagai perahu

terombang-ambing menina bobokanku dalam

hedonisme,

matrealisme,

sekularisme,liberalisme

bahkan sampai atheisme

dalam lelapnya tubuh yang lelah kala mentari mengejar-ngejarku

selepas bergumul dengan panasnya kepalsuan dunia fana

dan kering kerontangnya kejujuran

serta tajamnya kesadisan keserakahan serta keangkara murkaan sang penguasa nafsu

Namun, lagi...lagi syair lagu sang legendaris lagu balada itu

Memekik di telinga menampar ingatanku

akan keceriaan yang seolah turut membangunkan tidur lamaku.

Yang selama ini kehidupan kosmopolitan t'lah mengubur semua itu

jiwaku menangis tak terperikan,

betapa rapuh hatiku,

betapa keras ego keiblisanku yang menonjol lebih tinggi dari jiwa malaikatku.

Namun lagi ...lagi ... dan lagi ... Mas Ebiet G Ade

membisik pada otakku bahwa kita mesti telanjang dan benar-benar bersih ... suci dari dosa

Semua itu hanyalah jalan dari Sang Kholiq

Untuk membuka hatiku

dan ku sujud di hadapan Sang Maha Pengampun serta Maha Penolong.

Ragaku remuk oleh himpitan dosa yang maha dahsyat

Jiwaku lemas melayang bagai kapas terhempas tanpa masa

Jiwaku tertiup bak kertas yang melayang dari lantai 70

dan jatuh tak berbunyi lagi karena sudah tak berotot dan berurat lagi

Ya ...Robb ...Ya Ghofuuuurrrr .....

Aku bersimpuh dalam sujudku pada-Mu

Aku bersimbah dosa dan Aku Bertaubat dihadapan-MU

Dengan satu kali taubat .... Taubatan Nasuha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun