Pembahasan mengenai filsafat dalam suatu mata kuliah biasanya menjadi momok dan hal yang membosankan bagi para mahasiswa yang biasa berpikir dan berorientasi praktis.  Filsafat bagi sebagian orang, saat ia mendengar atau membaca kata tersebut memunculkan persepsi  bahwa filsafat itu ilmu yang sulit, rumit, berat, logik dan kritis.  Apakah orang Kristen atau pendidik PAK menjadi alergi dengan kata filsafat?  Atau semakin memiliki rasa keingintahuan saat menggali suatu informasi, wawasan, fakta dalam suatu bidang ilmu?  Dengan mempelajari Filsafat Pendidikan Kristen, kita diajak untuk berfikir kritis reflektif, walau kadang kita menerima kenyataan bahwa pemikiran kita ternyata hanya dapat menjelaskan, memprediksi dan kadang mampu mengontrol fenomena alam, namun kita tetap mempunyai keterbatasan.
Seperti yang dipahami bersama, filsafat berasal dari dua istilah Yunani philos dan sophia, yang berarti cinta kebijaksanaan, cinta akan hikmat, cinta akan pengetahuan. Â Sedangkan George Knight menjabarkan lebih jelas melalui perumusan bahwa filsafat memiliki tiga dimensi sebagai berikut:Â
- Pertama, sebagai subject matter atau konsep: filsafat mempelajari masalah-masalah metafisika (apa yang nyata), epistemologi (pengetahuan dan bagaimana mengetahui), dan aksiologi (nilai, etika dan keindahan).
- Kedua, sebagai kegiatan: filsafat menempuh langkah-langkah analisis, sintesis, spekulatif dan preskriptif. Â
- Ketiga, filsafat melibatkan sikap (attitude): kesadaran diri, penetratif, komprehensif, dan fleksibilitas.
Literasi Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti yang berhubungan dengan Filsafat PAK cukup mengimbangi rasa keingintahuan personal pendidik PAK terhadap pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan PAK itu sendiri. Â Tuhan harus menjadi orientasi kesadaran manusia. Manusia yang sadar tentang Tuhan, akan sadar diri atau mawas diri sehingga mengembangkan diri dan dunianya berdasarkan kesadaran tentang Tuhan. Ini berarti, semakin manusia terdidik, manusia semakin mendekat pada poros kesadaran, yakni Tuhan. Sebab pencapaian tertinggi dalam pendidikan adalah dunia yang damai, bila sebaliknya maka itu adalah sebuah kesenjangan dan pembiasan. Â
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan:
- Â Bagaimana pemberdayaan filsafat ilmu dan program PAK di paragereja?
- Bagimana menerapkan pernyataan-pernyataan filsafat PAK di paragereja?
Adapun tujuan penulisan ini:
- Â Menjelaskan pemberdayaan filsafat ilmu dan program PAK di paragereja.
- Memaparkan visi dan misi pribadi, visi dan misi paragereja, sasaran dan program pelayanan yang menerapkan pernyataan-pernyataan filsafat PAK.
Dalam penyusunan tulisan ini, penulis melakukan penelitian kepustakaan (library research) yang berasal dari Alkitab, buku-buku, jurnal, artikel, dan administrasi yang tersusun di Fajar Pengharapan Sangatta Selatan (paragereja/parachurch).Â
Kehadiran paragereja di wilayah Dusun Bukit Indah Km. 13 Poros Sangatta-Bontang didukung penuh masyarakat sekitar yang bergereja lokal di GPIB, GKII dan Gereja Katholik. Â Ini mematahkan stigma awal di beberapa dekade bahwa ada ketegangan antara paragereja dan gereja. Pemakalah mendapat wawasan baru melalui perkuliahan Filsafat Ilmu dan PAK, serta wawasan yang sudah digali melalui sumber literasi bagaimana bersama masyarakat lokal untuk melayani di paragereja. Â Mengambil dari karya White, saran-saran yang disampaikannya menjadi acuan bagaimana Fajar Pengharapan dapat mengembangkan pelayanannya. Â Beberapa saran tersebut antara lain:
Pertama, tindakan pertama yang dapat dilakukan oleh paragereja adalah mendefinisikan misinya dengan jelas.
Kedua, paragereja perlu mendefinisikan hubungannya dengan gereja-gereja setempat.
Ketiga, setiap organisasi paragereja sebaiknya mendesak agar anggota-anggota stafnya dapat terlibat dalam gereja-gereja setempat.