Mohon tunggu...
Rustiani Widiasih
Rustiani Widiasih Mohon Tunggu... -

Teacher at SMA Negeri 1 Badegan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Caper, Kurang Perhatian Maka Perlu Diperhatikan

27 Agustus 2014   22:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:21 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menjadi wali kelas adalah sisi lain tugas guru yang penuh romantika. Setiap tahun saya mendapat tuga untuk menjadi wali kelas dengan berbagai macam persoalannya. Pada tahun yang ini, saya menghadapi anak yang dibilang nakal. Sebut saja namanya M. Hampir semua guru mengeluhkan anak tersebut. Berbagai pelanggaran juga sering dilakukannya. Si M hampir setiap hari datang terlambat. Tidak memperhatikan penjelasan guru, tidur di kelas, dan tidak masuk tanpa ada keterangan sering dilakukan.

Saya sebagai wali kelasnya juga kadang jengkel kepadanya. Suatu hari, saya bersama guru BK memanggil orangtuanya.Sehari kemuadian, datanglah wali M yang merupakan pamannya. Dari pamannya itulah saya mengetahui cerita banyak hal tentang M.

Begini kisahnya. Ibu Mketika masih remaja pergi ke Jakarta untuk bekerja. Entah bagaimana, beberapa tahun berikutnya dia pulang dalam keadaan hamil entah dengan siapa.Yang jelas pelakunya tidak bertanggung jawab. Hingga akhirnya M lahir tanpa ayah. Oleh karenanya,nenek dan kakek M menganggap M sebagai anaknya. Maka dalam Akta kelahiran M adalah anak dari orang yang sebenarnya adalahlah kakek dan neneknya. M dibesarkan oleh kakaek dan neneknya sehingga memanggil kakek dan neneknya dengan sebutan ibu dan bapak.

Singkat cerita, M kini menjadi murid saya. Dengan keadaan seperti itu, aku menjadi simpatik kepadanya. Aku yang dulunya memandangnya sebagai anak nakal kini berubah memandangnya sebagai anak yang kurang kasih sayang dan perhatian. Dia telah mengetahui latar belakangnya sehingga dia adalah anak yang merindukan sosok bapak. Apalagi kakek yang dijadikan bapaknya sudah meninggal.

Saya berusaha sebisa saya untuk memotivasinya. Saya katakan kepadanya bahwa dia harus memiliki masa depan yang cerah walau lata belakangnya tidak menyenangkan. Namun, perjuangan saya tidak mudah. Tidak semua guru bisa memahami dia seperti saya memahaminya. Akhirnya, banyak guru suka menghukum dan memarahinya.

Saya telah menemaninya selama satu tahun dan bisa naik kelas. Kini wali kelasnya berbeda.Karena pelanggaran yang dilakukan, dia kini harus dikeluarkan dari sekolah. Pada saat terakhir sebelum dikeluarkan, ada seorang guru yang menyita tasnya karena di bolos dan juga memangkas rambutnya yang dicat kemerahan. Setelah itu M tidak pernah mau sekolah lagi.

Dari kisah saya tadi, ada beberapa hal yang bisa saya ambil pelajaran dalam kehidupan saya. Pertama,semua orang harus siap menjadi orang tua. Tentu saja harus dengan ikatan perkawinan yang sah. Anak yang lahir seakan tidak diharapkan akan tumbuh menjadi anak yang merasa kurang kasih sayang. Akibatnya anak anak cenderung mencari perhatian dengan tingkah kenakalan.

Kedua, guru harus memahami latar belakang anak. Jika guru tidak mau melihat lalar belakang anak, akibatnya anak akan merasa tidak berguna.Siapa lagi yang akan peduli kepada anak seperti M kalau bukan guru? Gurulah sebenarnya yang mungkin bisa memotivasi siswa sehingga siswa dengan latar belakang apapun bisa meraih masa depan yang cerah.

Ketiga, dari segi anak sendiri.Sebagai makhluk Tuhan, kita harus menyadari bahwa kita ada di dunia ini adalah kehendak Tuhan.Terlepas dari latar belakang kita, setiap manusia mempunyai tanggung jawab dalam kehidupan ini. Sayang sekali jika kesempatan hidup di dunia ini disia-siakan. Betapa indahnya jika anak dengan latar belakang seperti M bisa menjalani dan menciptakan kehidupan yang lebih baik.

Begitulah hikmah dari kosah muridku si M. Anak caper adalah anak yang kurang diperhatikan. Maka,hendaknya anak seperti itu diberi perhatian khusus. Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun