Perpustakaan yang bertransformasi yakni berubah menjadi berbasis inklusi sosial, tidak lagi hanya tempat membaca buku juga menyelenggarakan kegiatan pelibatan masyarakat diantaranya dalam bentuk pendidikan dan latihan untuk meningkatkan kesejahteraan.
Ketika berada di perpustakasn waktu dulu terkesan suasana hening karena tidak ingin mengganggu pengunjung yang lagi membaca.
"Perpustakaan harus berinovasi tidak bisa tidak bila tidak ingin ditinggalkan pemustaka" kata Yusnita, ketua Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) kabupaten Bangka.
Untuk itu IPI kabupaten Bangka mengajak pengelola perpustakaan melakukan berbagai inovasi sehingga perpustakaan terus berkembang.
IPI kabupaten Bangka juga melajukan sosialisasi setiap pekannya melalui Radio Republik Indonesia (RRI) maupun tatap muka langsung di berbagai pertemuan tatap muka.
Di kabupaten Bangka salah satu perpustakaan desa (perpusdes) Â yang melibatkan masyarakat dalam kegiatannya yakni di perpusdes Penyamun.
Desa Penyamun berada dalam wilayah kecamatan Pemali sebagai salah satu desa penerima manfaat dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI yang kembali bergerak setelah melandainya pandemi.
Menurut pengelola perpusdes Alfina yang baru 4 bulan sebagai pengelola ia melanjutkan tugas pengelola sebelumnya membuat kegiatan pelatihan di perpustakaan berupa pelatihan merajut, membuat buket  dan perpustakaan bisa dipergunakan sebagai tempat diskusi bagi anggota karang taruna dan perangkat desa.
"Jadi perpustakaan sudah ramai dengan pengunjung dan kegiatan," ujar Alfina ketika sebagai narasumber dialog interaktif Ruang Pustaka di RRI Sungailiat.
Program perpustakaan berbasis inklusi sosial yang dulunya merupakan program Perpus seru, untuk di kabupaten Bangka perpustakaan umum daerah (perpusda) terpilih pada tahun 2018. Sedangkan untuk  di perpusdes ada 6 desa terpilih pada tahun 2019 sebagai penerima manfaat.Â