Kita selalu berjumpa ketika subuh. Kau masih mengeristal di daun kadang kusentuh. Pasti akan terasa sakit bila kau memiliki ruh.
Kau lebih dahulu tiba di masjid membasahi selasar hingga mendinginkan tempat salat yang sudah lama tidak bersajadah sejak wabah. Usai subuh kau masih ada, aku basuh wajahku denganmu yang diambil dari pohon hias Kuping Gajah. Terasa pipi basah, kelopak mata yang lelah ikut basah.
Embun, tetaplah seperti ini. Bening bukan merah darah, bila ya menyentuhmu tak kan lagi berani. Kita bertemu lagi esok pagi setelah ini kau pergi dikeringkan matahari.
Sungailiat, 27 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!