Baleho Yuri Kemal Fadhlulloh, putra dari Ketua DPP Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra, kini terpasang di sejumlah tempat di kabupaten Belitung Timur menjelang pelaksanaan Pilkada 2020.
Bila Yuri yang santer dibicarakan di masyarakat setempat dan juga media massa lokal akan mencalonkan diri sebagai Bupati kemungkinan besar akan berhadapan dengan calon petahana Yuslih Ihza Mahendra yang merupakan kakak kandung Yusril Ihza Mahedra.
Bila Yuri dan Yuslih maju dalam Pilkada 2020, mungkin ini pertama kalinya dalam pilkada secara langsung terjadi "perang saudara" persaingan antara keponakan dan paman.
Bukan hanya politik dinasti yang terjadi, namun perebutan kekuasaan dalam keluarga juga terjadi dalam pilkada yang rasanya seperti masa kerajaan Nusantara tempo dulu.
Politik jadul (jaman dulu) yang dipertontonkan di Belitung Timur dengan Bupati Pertamanya dipilih secara langsung yakni Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada tahun 2005 yang sekarang sebagai Komisaris Utama Pertamina.
Ahok hanya satu tahun lebih sebagai Bupati Belitung Timur karena mundur dari jabatannya untuk mencalonkan diri sebagai Guberbur Kepulauan Bangka Belitung.
Setelah Ahok, sempat adik kandung Ahok Basuri Tjahaja Purnama sebagai Bupati Belitung Timur masa bakti 2010-2015.
Setelah Basuri giliran Yuslih yang berkuasa masa bakti 2016 - 2021. Setelah dinasti Ahok berkuasa di Belitung Timur, kini giliran dinasti Yusril.
Bahkan Yusril Ihza Mahendra akan menghadapkan anaknya Yuri dengan kakaknya Yuslih yang masih berkuasa saat ini di Belitung Timur.
Tanah kelahiran mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan mantan Menkumham Yusril Ihza Mahendra bila jadi menempatkan Yuslih dan Yuri saling berhadap-hadapan dalam pilkada 2020 di Belitung Timur kita akan melihat "perang saudara" bersaing dalam pilkada di Negeri Laskar Pelangi.
Apakah Andrea Hirata, yang juga kelahiran Belitung Timur akan melahirkan karya novel yang terinsipirasi dari "para laskar berebut kekuasaan"? Sepertinya elit politik asal Belitung Timur masih menginginkan keluarganya sendiri berkuasa di Belitung Timur dengan mempertahankan politik dinasti, seperti juga politisi lainnya. Kekuasaan itu menyenangkan, sehingga menjadi candu.