Entah kapan lagi bisa menginjakkan kaki di Bunaken? Menyelam diantara terumbu karang perawan, sambil memberi makan ikan dengan biskuit bermerek yang sudah dipaten.
Menikmati pisang goreng yang tak biasa dengan menggunakan sambal cabai. Semilir angin menerpa pohon hijau hingga melambai.
Aku berdiri di atas pasir pantai yang tidak begitu putih. Sementara pantai di kampungku yang tidak begitu putih, dengan terumbu karang yang rusak parah karena penambangan tak kunjung pulih.
Bunaken yang ramai. Pantai di kampungku tak begitu ramai. Bunaken yang tidak penah sepi. Pantai di kampungku semakin sakit diiris abrasi.
Sungailiat, 30 Juni 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H