Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pantai yang Menua

7 Juni 2020   08:39 Diperbarui: 7 Juni 2020   08:59 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Telah dipertemukan pulau yang membawa menuju arah yang sama, pernah lama. Kemudian terpisah karena cinta. Bertemu setelah kembali sendiri karena cinta yang tak pernah ada.

Pernah waktu yang lalu ada semangkuk rindu yang didatangi, dinikmati, menyatu hingga tak tau. Mengapa bisa terlepas belenggu ketika di sulut rindu?

Pasir putih pantai juga merasakan beban, ketika angin meronta bukan melawan. Tapi menikmati buaian. Telah menikmatinya dalam puncak awan yang coba digapai camar, namun tak kesampaian.

Dipertemukan kembali setelah sendiri. Camar menunggu di atas batu ingin menjadi saksi kisah lama yang mengendap di pasir putih pantai bakal terulang kembali.

Tapi, pulau sudah renta. Karang-karang sudah tua. Cemara masih tersisa beberapa. Bibir pantai telah terbelah karena dikikis ombak dalam waktu yang lama. Tak jadi, setelah menyadari usia yang menua.

Sungailiat, 7 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun