""Hilal telah tampak" berulang kali Jupri menyebutnya sambil berlari pulang menuju rumah.
Jupri masih terengah-engah, saat anak lelaki kelas 5 SD itu tiba di rumah yang berdinding papan, berlantai tanah dengan atap daun rumbia.
"Bapak hilal telah tampak."
"Mana hilalnya?" Ayahnya sambil tersenyum.
"Itu di televisi di rumah om Juragan," kata Jupri seraya menunjuk ke arah rumah permanen yang megah berjarak sekitar 200 m dari rumahnya.
Rumah yang tampak mewah merupakan satu-satunya rumah permanen yang lumayan bagus di pantai Timur itu. Merupakan rumah milik juragan kapal nelayan. Sebagian besar rumah di situ merupakan rumah gubuk yang berdinding papan seperti rumah yang ditempati Jupri.
Ayahnya sudah tahu maksud anaknya. Jupri baru saja menonton televisi di rumah tetangga yang juga majikan ayahnya yang ia panggil om Juragan. Ia di rumah tidak punya televisi. Sidang isbat yang ditayangkan di televisi telah melihat hilal.
"Jadi kalau hilal telah tampak, ada apa tu Jup," ayah menguji Jupri.
"Tidak tau," kata Jupri.
"Nonton televisinya hingga tuntas," timpal ibunya dari dapur.
"Pertanda apa pak, bila hilal telah tampak," tanya Jupri lagi.