Kue Rintak, adalah kue yang sudah sejak lama saya kenal. Saya masih anak-anak sudah sangat familier dengan kue ini.
Rintak selalu terhidang diantara beberapa kue kering di rumah kami dan warga yang sedang berlebaran di Bangka. Kue Rintak yang terasa manis ini terbuat dari sagu juga disebut dengan Rintak sagu.Â
Kue Rintak paling disukai di Bangka, ketimbang kue kering lainnya seperti Ruti Papan, Kue Satu, Semprong dan beberapa kue klasik lainnya. Kue Rintak sebagai kue jaman dulu ( jadul) karena sudah ada sebelum hadirnya kue kekinian seperti Nastar, Putri Salju, kue Win dan lain-lain.Â
Sampai dengan Ramadan 1441 H kue Rintak masih menjadi bakal hidangan yang tidak ditinggalkan dari sederetan kue-kue kering sebagai hidangan lebaran. Harga kue Rintak dijual Rp 120 ribu per kg. Satu kilogram kue Rintak cukup untuk  2 toples ukuran sedang. Kue kering ini cukup ringan.
Populernya kue Rintak juga dijadikan candaan para orang tua yang mengibaratkan hidung anaknya yang pesek dengan sebutan hidung kue Rintak. Sebutan itu tidak diketahui kapan mulainya. Namun bila diperhatikan kue Rintak itu menggelembung rapi tidak mancung. Mungkin itu yang disebut dengan, "hidung kue rintak."
Apa bahan-bahan untuk membuatan kue Rintak? Saya menghimpun dari nara sumber keluarga yang sering membuat kue kering ini.
- Bahan-bahannya meliputi:Â
- Sagu Rumbia yang sudah disangrai 500 gr.
- Tepung tetigu  yang sudah disanrai 165 gr.
- Gula pasir 100 gr
- Gula merah 2 keping atau 130 gr
- 1 butir telur ayam
- Santan kental 300 mlÂ
- Vanili 1 sendok tehÂ
Cara membuatnya.
Pertama-tama gula merah di haluskan. Setelah halus kemudian disatukan dengan santan dan gula pasir. Terus diaduk hingga kental di dalam wadah di atas kompor hingga mendidih. Untuk selanjutnya ditunggu hingga dingin dan tampak mengental.
Sedangkan sagu rumbia dan terigu yang sudah disangrai di aduk hingga menyatu. Â Untuk satu telur ayam dan 1 sendok vanili dikocok hingga berbusa.