Ramadhan yang sangat dinantikan, bahkan dirindukan umat Islam. Ucapan rasa syukur yang dalam dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena masih bisa dipertemukan dengan bulan Ramadhan.Â
Setiap selesai Ramadhan selalu ada harapan khususnya kita yang menyelesaikan salat Tarawih di malam terakhir Ramadhan. Ada kata-kata yang diungkapkan penceramah yang menyampaikan kuliah tujuh menit (kultum) yang mengatakan, "semoga kita dipertenukan pada Ramadhan tahun depan."
Kata-kata itu memiliki makna spiritusl yang dalam dan mengharukan. Pertanyaannya apakah masih dipanjangkan umur? Semuanya rahasia Ilahi Robby. Beberapa teman sudah tidak lagi dipertemukan pada Ramadan 1441 H ini. Mereka sudah mendahului kita. Tahun lalu kita masih bersama mereka.
Saya tahun ini juga tidak bisa Ramadhan bersama ibu kandung saya yang saya panggil Emak. Emak meninggal dunia beberapa hari usai Idul Fitri tahun lalu. Selain itu ada paman saya (adik ayah) yang juga meninggal dunia sebelelum beberapa hari akan menunaikan ibadah haji. Nenek, ibu kandung ayah juga meninggal dunia diakhir tahun 2019 dalam usia 95 tahun.
Orang-orang tercinta saya itu tidak lagi dipertemukan di bulan suci tahun ini. Nenek yang usia lanjut, emak ketika meninggal dunia dalam usia 72 tahun, termasuk juga almarhum paman tidak meninggalkan puasa mereka.Â
Ketika Ramadhan ini mereka sudah berada di tempat yang terbaik di sisi Allah SWT. Amin. Sebagai anak dan sekaligus cucu bisa mengirimkan doa yang terbaik di bulan Ramadhan yakni agar emak, nenek dan paman mendapatkan surganya Allah SWT. Kalau ayah, sudah lebih 12 tahun meninggal dunia di Tanah Suci Mekkah saat menunaiksn ibadah haji dan di makamkan di sana.
Doa yang selalu dipanjatkan untuk almarhum dan almarhumma yang telah mendahului memenuhi panggilanNya. Ada rasa sedih yang belum hilang ketika berada di tengah Ramadhan 1441 H. Berlipat lagi sedihnya ketika harus salat di rumah sesuai anjuran dan kesepakatan para ulama dan pemda setempat, untuk memutus mata rantai Covid-19.Â
Siapa yang bisa menyangka Ramadhan 1441 H bisa seperti yang kita rasakan sekarang ini. Saya mengatakan sebagai Ramadhan dalam sepi.Â
Bukan hanya masjidnya yang sepi, namun juga dari kegiatan ekonomi rakyat. Lapak yang dulu ramai penjual takjil di Sungailuat, kabupaten Bangka kini tidak ada penjual. Kalaupun ada hanya beberapa saja yang berjualan dalam posisi berjauhan di beberapa ruas jalan.
Rindu. Rindu dengan situasi tahun-tahun sebelumnya. Banyak pilihan makanan yang bisa dibeli untuk berbuka puasa dan sahur. Tapi ada hikmahnya, istri dan anak-anak dibuat lebih kreatif untuk menbuat masakan buat berbuka puasa dan sahur.
Suasana masjid yang ramai dengan jemaah yang tidak bisa tergantikan. Sedih teringat orang-orang yang saya cintai tidak bisa bertemu lagi dengan Ramadhan tahun ini tidak terobati. Salat Tarawih di rumah saja dan salat Jumat diganti dengan salat Zuhur juga di rumah saja membuat kesedihan bertambah. Saya jujur mengatakan Ramadhan sepeti tahun ini belum pernah saya temukan seumur hidup saya.
Ramadhan yang dirindukan sudah dalam pelukan. Namun kegembiraannya tidak sempurna karena kesedihan yang dirasakan beribadah di rumah saja. Bukan lebay inilah yang saya rasakan.Â
Saya berharap bisa bertemu kembali pada Ramadhan yang biasa dirasakan seperti tahun-tahun sebelumnya pada Ramadhan tahun depan tanpa Corona.
Menjelang Ramadhan tahun ini, sayapun tidak berziarah ke makam Emak. Tradisi umat Islam di Sungailiat sebelum Ramadhan. Semuanya dilakukan untuk mematuhi anjuran pemerintah. Apa lagi di daerah kami kabupaten Bangka sudah ada pasien yang positif Covid-19. Pemda kabupaten Bangka hari ini, Senin (27/4) telah mengeluarkan larangan keras kepada masjid, surau dan musalah yang masih menggelar salat berjamaah akan ditindak tegas. Ini semata untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.