Bukan kaca yang berdebu, bukan pula embun yang yang mengentalkan debu di jendela. Memang mata sudah lama tidak memandang keluar rumah yang telah menjadi istana. Dua bola mata yang tak lagi menantang sinar surya. Sudah waktunya mengalah dengan masa yang diam tapi menertawakan kita.
Mata tetap bertahan menatap buram kaca jendela. Matahari tidak bertanya, mengapa tidak lansung menatapnya. Kita yang banyak tanya telah menjadikan hati sebagai mulut, mata dan telinga. Yang sering kita adukan bersama-sama hingga kata hati menjadi bisu, telinga hati menjadi tuli, dan mata hati menjadi buta.
Sungailiat, 19 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H