Tawaf ketika selepas tengah malam waktu lalu kuinjakkan kaki di Baitullah
tujuh putaran terus doa dilepaskan tanpa lelah
semua sama terasa sangat rendah tapi tak terhina
mereka datang dari pelosok dunia
semua minta dalam doa tanpa suara maupun berkata-kata
Ka'bah yang hitam dibungkus Kiswah
Makom Ibrahim, Hijir Ismail mustajab tempat berdoa
dua rakaat sholat sunah cucuran air mata tak tertahan
Cium lekat Hajarul Aswad
setelah tujuh putaran Baitullah
Allahhuakbar!
Baitullah yang di lihat dari ketinggian
seperti putaran mata anggin melihat yang sedang Tawaf
sebelum Subuh dekat Baitullah
berlanjut Sai, dari Safah ke Marwah
tujuh berulang, terus doa dipanjatkan
berakhir dengan Tahalul, lembaran rambut terpotong legah
dahaga terhapus setelah seteguk zam - zam
usai Umroh, telah kupenuhi panggilanMu telepas rindu
Suatu pagi di Baitullah, belum masuk Subuh
aku masih tafakur, subhanaullah!
Baitullah yang telah menggetarkan seluruh indra
Kumohon ampun, ditunjukkan jalan menuju
keselamatan dunia dan akhirat.
Indahnya Kabah
tak terkira
azan subuh berkumandang di Masjidil Haram
tuk pertama terdengar telinga
kesejukan jiwa memenuhi rongga
keindahan kata-kata
seiring seorang India menyalamiku, seraya berucap, "Indonesia".
Beberapa waktu aku menetap di Tanah Suci
sambil menunggu waktu haji
perjalanan literasi dalam tasbih di denyut nadi
kukirimkan puisi ini dalam rindu
kembali mendatangi Mu
Sungailiat, 18 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H