Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Keyakinan Adi, Tukang Cukur yang Bertahan di Tengah Corona

12 April 2020   14:23 Diperbarui: 12 April 2020   22:02 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adi tidak lupa menggunakan masker (dokpri)

Adi (28 tahun), sehari-seharinya bekerja sebagai tukang cukur rambut. Ayah dari seorang anak ini saya temui di barbershop yang dikelolanya di jalan Batin Tikal, Air Ruai, kecamatan Pemali, kabupaten Bangka.

Apa kabar Adi? Tukang cukur langganan saya ini selalu menyambut dengan ramah dan banyak cerita. Ia langsung mengeluhkan apa yang dialaminya sejak pandemi Corona ini telah mengalami masa sulit, karena pelanggannya menurun hingga 70%.

"Kalau dihitung persennya, menurun hingga 70% yang minta dipotong rambut selama Corona ini," kata Adi.

Ia tidak menyerah meskipun penghasilannya terjun drastis. Ia tetap buka dari pagi hingga malam hari.

"Kita harus kuat menghadapi situasi ini," semangatnya.

Dibuktikannya dengan tetap membenahi barbershop-nya. Membuat kursi duduk bagi pelanggannya dengan memodifikasi menggunakan kerangka sepeda motor Vespa. 

"Ini baru bisa dapat satu Vespanya, kalau ada kerangka Vespa, bisa dijual kepada saya, Pak," tawar Adi kepada saya.

Adi berupaya menyenangkan pelanggannya dengan tampilan barbershop yang unik. Meskipun pendapatannya menurun, tidak membuatnya berhenti berusaha. Ia yakin cepat atau lambat pandemi Corona akan belalu.

"Corona ini kan sementara, tidak akan selamanya jadi yakin saja kepada Allah dan terus berdoa," optimis Adi.

Menipisnya pendapatan, ia harus bisa mengelola keuangan dengan skala prioritas. Untuk sementara membiarkan dulu rolingdoor barbershop-nya yang rusak sehingga setiap kali selesai melayani pelangganya ia mengangkut seluruh peralatan ke rumah agar terhindar dari pencurian.

Adi tidak lupa menggunakan masker (dokpri)
Adi tidak lupa menggunakan masker (dokpri)
Antisipasi perlu dilakukan. Di tengah masa sulit ini, kejahatan bisa saja terjadi. Warga banya berada di dalam rumah, pos kamlingpun sepi. Harapan masih ada di pundak aparat keamanan untuk menjaga lingkungan. Namun Adi lebih memilih melakukan pengaman sendiri, sebelum pintu barbershop-nya dapat berfungsi sempurna.

Pengamanan dari penyebaran virus Covid-19, Adi telah menyemprot ruang barbeshop-nya berulang kali untuk memutus mata rantai  penularan virus Covid-19 dengan menggunakan cairan disinfektan.

"Saya semprot terus, Insya Allah aman," Adi meyakinkan saya.

Menurutnya, kalau menggunakan masker selalu dipakai setiap kali mencukur rambut pelanggan, baik sebelum ada pandemi Corona apalagi dalam kondisi pandemi. Kebiasaannya sekarang tidak ditinggalkan dan secara berulang-berulang adalah selalu cuci tangan.

"Saya pakai alkohol, Pak, cuci tangannya," jelas Adi.

Menurutnya kewaspadaan selalu ada. Diakuinya, kewaspadaan itu hingga melahirkan kecemasan bisa tertular, mengingat pelanggannya yang datang dari berbagai kalangan.

"Saya tidak tahu mereka dari mana, kondisinya seperti apa semoga saja pelanggan saya orang-orang sehat tidak terjangkiti virus Corona," kali ini Adi terlihat ingin menenangkan dirinya sendiri.

Ia tidak ingin meninggalkan pekerjaannya sebagai tukang cukur karena sedang wabah Corona. Banyak pertimbangan, utamanta karena ini penghasilan utama untuk menghidupi keluarga. Kemudian yang juga penting, tidak ingin kehilangan pelanggannya.

Adi yakin masih ada pelanggang yang mau datang, mereka yang tidak terbiasa rambut gondrong akan bergegas ke barberhop-nya untuk dipotong.

Sebagai tukang cukur, ia sadari bisa saja beberapa penyakit menulari namun tergantung diri sendiri untuk menjaga diri. 

Menurutnya, seluruh tukang cukur yang mengerti arti penting kesehatan dalam menjalankan pekerjaan akan selalu menjaga kesehatan dirinya dan pelanggan. 

Tukang cukur di Sungailiat sudah terbiasa menggunakan masker untuk menjaga kesehatan diri (dokpri)
Tukang cukur di Sungailiat sudah terbiasa menggunakan masker untuk menjaga kesehatan diri (dokpri)
Tukang cukur yang memperhatikan kesehatan sudah dilakukan sebelum merebaknya virus Corona. Menjaga kebersihan lingkungan barbershop serta tidak menggunakan alat cukur seperti silet yang tanpa diganti dengan banyak pelanggan. Ini menjadi potensi penyebaran penyakit seperti HIV/AIDS, Hepatitis, dan lain-lain.

Saya yakin apa yang telah dilakukan Adi. Babershop-nya bersih, ia yang peduli dengan situasi saat ini yakni penyebaran virus Covid-19. Sayapun minta dicukur, karena kebetulan rambut sudah panjang. Sekalian mencoba duduk di kursi yang baru dimodifikasinya dengan kerangka motor Vespa. 

"Model apa, pak?"

"Biasa plontos."

Adi langsung tahu keinginan saya. Ia mencukur rambut saya dengan cepat, sekitar 15 menit selesai. Model rambut plontos lebih cepat pengerjaannya. Ditambah dipijat dibagian kepala, leher dan pundak, menyegarkan. Service yang bagus hanya membayar Rp 18 ribu.

Sebelum saya meninggalkan barbershop-nya yang terus ia benah. Saya berpesan, untuk terus pelihara semangat berkerja dan optimisme yang sudah ada. Semoga selalu sehat.

Salam dari pulau Bangka.
Rustian Al'Ansori

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun