Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Nelayan Pesisir Pulau Bangka Menangis

7 Februari 2020   20:29 Diperbarui: 7 Februari 2020   20:30 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tangis nelayan pesisir,  air matanya tak sempat jatuh ke pasir. 

Butir-butir air mata telah kering di tengah pipi yang kering. Terik matahari siang itu telah membakar pesisir dengan marah, yang tak membuat menyerah. 

Nelayan menangisi rumah-rumah ikan yang dirobohkan kapal penambang timah tak jauh dari pesisir. Nelayan masih tegak berdiri walaupun kaki gemetar menginjak pasir. Sedikit harapan, setelah ikan terusir.

Nelayan mengejar ikan ke laut yang lebih jauh. Tak kuat lagi dayung dikayuh. Angin darat tak kuat lagi mendorong perahu yang berlayar. Nelayan mulai tidak sabar. Mulai mengutuk, mengeluarkan sumpah serapah biar kapal penambsng terbakar.

Sungailiat, 7 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun