Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

ASN Mengaku Pendukung Penguasa Usai Pilkada, Trik Jitu Mendapatkan Jabatan

9 Februari 2020   21:16 Diperbarui: 9 Februari 2020   21:17 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selesai Pilkada tampak kasat mata sikap Aparatur Sipil Negara (ASN), mereka secara terbuka menyebut mereka sebagai pendukung dalam Pilkada (bukan sekedar pemilih) Kepala Daerah yang terpilih. Di mana mereka berada ketika berlangsungnya Pilkada? Kok tidak terciduk pengawas Pilkada?

ASN yang mengaku pendukung penguasa tetpilih usai Pilkada bagaikan "pasukan hantu." Tidak kelihatan ketika Pilkada, bermunculan usai Pilkada. Siapa yang mau menangkap mereka? Pilkada saja sudah selesai.

Jadi pertanyaan saya, bentuk dukungannya seperti apa? Apakah sekedar menyampaikan saja bahwa dirinya mendukung, atau pula hanya sebagai pemilih? Inilah gaya ASN untuk menyelamatkan diri dari jabatannya bagi yang sudah memiliki jabatan dan mendapatkan jabatan bagi yang belum memiliki jabatan.

Politik dua kaki ASN, istilah yang sangat dikenal dan telah menjadi pembicaraan di masyarakat ketika diberlakukannya Pilkada secara langsung. Siapa pun calon yang bakal menang, oknum ASN itu juga ikut menang dengan mengaku-ngaku sebagai pendukung. 

Terbukti mereka yang disebut sebagai "Pasukan Hantu" ini, beberapa selang kemudian diangkat sebagai pejabat yang lebih tinggi dari jabatan ketika rezim sebelumnya. Mendapat promosi jabatan.

Inilah fakta yang saya dapat setelah pindah tugas dari instansi fertikal ke Pemda selama sekitar 7 tahun. Memang baru, tapi saya di Pemda berada di tiga rezim yang berbeda dengan nuansa politik yang berbeda pula.

Tapi bagi saya tidak terlalu ambil pusing dengan kondisi ini, karena tidak ada urusan dengan dukung-mendukung. Apa lagi sampai minta jabatan. ASN dalam posisi netral.

Trik lainnya yang dilakukan ASN untuk mendapatkan jabatan yakni mendekati tim sukses penguasa. Kalau saya lain lagi, saya yang didatangi tim sukses itu yang datang dengan menyindir bahwa ia lagi butuh bensin untuk kendaraannya ingin ke Pangkalpinang namun tidak meminta secara langsung. Tapi saya pura-pura tidak peduli, memang saya lagi tidak punya uang waktu itu. 

"Bakal ada mutasi loh dalam waktu dekat ini," kata laki-laki yang bertubuh tambun itu dengan wajah sinis diarahkan ke saya.

Ternyata benar apa yang disindir laki-laki tambun itu. Saya dimutasi. Juga tidak ada masalah, saya terima saja dengan senang hati. Tapi yang jadi masalah besar, apakah benar orang diluar sistem birokrasi turut campur dalam penempatan jabatan?

Kalau benar terjadi berarti ada pembiyaran sehingga menjadi kezoliman yang dilakukan pejabat tinggi terhadap ASN. Penempatan jabatan ASN tidak lagi berdasarkan Daftar Urutan Kepangkatan (DUK) serta keahlian ASN tapi didasari suka atau pun tidak suka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun