Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pagi di Perjalanan Setelah Meninggalkan Malam Tanpa Sekejap

21 Januari 2020   18:18 Diperbarui: 21 Januari 2020   18:39 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari mulai membakar hari yang masih disejukkan embun yang masih tebal di daun-daun. Ketika baru saja azan subuh mengalun. Matahari belum mampu mengalahkan jejak malam yang ditinggalkan tanpa sekejap mata pun terpejam walau hanya sejengkal. Pagi di perjalanan masih disesaki pertengkaran yang mengumpal.

Perjalanan masih berhenti di beberapa persinggahan. Tak mungkin bisa melepas segumpal demi segumpal beban. Gumpalan yang menyatuh telah membuat sekat di hati yang sudah disakiti. Tanpa sekejap malam tak mampu membuat tenang, telah berlari meninggalkan pagi sehingga tanpa petunjuk disampaikan mimpi.

Malam telah ditinggalkan, terbaring sia-sia di atas kasur yang masih wangi. Tubuh yang mulai kering disapu angin malam yang dibiarkan membuat mati. Malam telah dijemput pagi. Perjalanan belum berakhir, tapi tak mungkin lagi kembali.

Sungailiat, 21 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun