Tidak cukup jutaan puisi kutulis tentang ibu
Begitu banyak ibu tanamkan kata-kata dalam memoriku
Bukan ibu telah mencuci otakku, tapi telah banyak bekal untuk kubawa menghadapi jalan berliku
Hingga aku punya istri, tak pernah kubandingkan dengan ibu
Biarkan anak-anaknya menilai ketika istriku telah menjadi ibu
Ternyata sama, ibu dan juga istriku di mata anak-anaknya tangguh melebihi batu
Ibu yang disayangi cucu
Ibu yang rajin mendongeng ketikaku kecil, membuat aku tertidur
Dongeng ibu masih disukai cucu-cucu yang mendengar dengan duduk teratur
Ibu yang menyelimutiku ketika aku sudah mendengkur
Begitu pula kepada anak-anakku kuselimuti ketika terlelap dalam tidur
Ibu telah mengajarkan kami dengan kebiasaan
Bukan dengan hafalan
Ibu telah memberikan nasehat dengan ramah
Bukan marah-marah
Ibu telah menularkan pengalaman
Bukan kisah rekaan
Ibu tak suka dibohongi
Ibu akan sangat marah bila kami mencuri
Walaupun hanya sepotong roti
Ibu ingin kami makan sesuai dengan yang sudah dibagi
Ibu ketika itu belum mengenal kata korupsi
Ternyata ibu telah mengajarkan kami jujur dari sepotong roti
Kebaikan yang diajarkan ibu terus membekas
Tak cukup ditulis dalam puisi ini yang hanya sekilas
Tak cukup bait, tak terhingga baris untuk mengulas
Sikap ibu yang hingga saat ini belum bisa kutiru dan aku terus belajar untuk menjadi ikhlas
Sungailat, 22 Desember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H