Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Secangkir Kopi Pagi

7 November 2019   13:25 Diperbarui: 7 November 2019   13:33 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kopi hitam yang diambil dari kaki bukit tempat gugurnya para serdadu ketika ditembus peluru di masa perjuangan dulu. Walaupun tanahnya pernah dibasahi darah, aroma kopinya tidak beraroma amis darah tetap wangi ketika disedu. Bukan kopi para serdadu, tapi secankir kopi pagi tanpa luka masa lalu. 

Tentang secangkir kopi pagi, yang dinikmati para lelaki. Ketika pagi para lelaki yang rindu warung kopi. Kopi istri telah menjadi basa-basi. Secangkir kopi di meja makan dibiarkan dingin dalam sepi. Kopi di rumah tidak lagi dijamah. Pagi telah kehilangan senyum ramah. 

Pangkalpinang, 6 November 2019 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun