Kopi hitam yang diambil dari kaki bukit tempat gugurnya para serdadu ketika ditembus peluru di masa perjuangan dulu. Walaupun tanahnya pernah dibasahi darah, aroma kopinya tidak beraroma amis darah tetap wangi ketika disedu. Bukan kopi para serdadu, tapi secankir kopi pagi tanpa luka masa lalu.Â
Tentang secangkir kopi pagi, yang dinikmati para lelaki. Ketika pagi para lelaki yang rindu warung kopi. Kopi istri telah menjadi basa-basi. Secangkir kopi di meja makan dibiarkan dingin dalam sepi. Kopi di rumah tidak lagi dijamah. Pagi telah kehilangan senyum ramah.Â
Pangkalpinang, 6 November 2019Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI