Hanya puisi saja, yang bisa mencurahkan segala rasa. Biar tidak menggumpal agar tak sesak di dada. Puisiku biasa saja, tak pandai memilih kata tapi batin lepas terasa. Bisa lahir ketika malam, dibawa sinar bulan dan bintang yang selalu diam tanpa berkata-kata. Kadang-kadang juga kunang-kunang menari tak tahu apakah sedang bergembira.
Malam ini tak ada bintang, tak ada bulan, tak ada kunang-kunang. Masih ada lentera yang terang ditengah kemarau yang semakin gersang. Petani masih menunggu padi ditengah ladang. Entah apa yang ditunggu? Bersama malam kutulis puisiku di tengah ragu.
Sungailiat, 1 Oktober 2019
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H