Setiap tahun di pulau Bangka, 1 Muharam selalu dirayakan dengan meriah di beberapa kampung. Tradisi itu telah menjadi kalender event pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Adalah kampung Kenanga yang selalu menggelar perayaan itu.
Sejak saya masih bersekolah di bangku sekolah dasar hingga 1441 H, tahun 2019 masehi tahun ini perayaan itu masih dipertahankan. Sejumah pejabat datang, begitu pula masyarakat dari berbagai tempat di Bangka melimpah ruah di Kenanga.Warga Kenanga membuka rumahnya bagi masyarakat manapun, tidak hanya kerabat, sahabat juga warga berbeda suku dan agama.Â
Setelah ritual keagamaan selesai digelar pagi hari, dengan ciri khas budaya setempat seperti digelar adat Ngangung yakni barisan dulang berisikan berbagai penganan di bawa ke tempat upacara termasuk diantaranya kue khas Muharam yakni Bolu Kujo. Makanan yang sangat manis ini, merupakan hidangan wajib dalam perayaan 1 Muharam. Disamping berbagai makanan lainnya, layaknya lebaran Idul Fitri dan Idul Adha.
Perayaan 1 Muharam 1441 H, Minggu (1/9) di Kenanga sejak pagi jalan raya Kenanga yang merupakan jalan utama akses kota Sungailiat-kota Pangkalpinang membuat arus lalulintas padat merayap. Perayaan di rumah-rumah warga kampung Kenanga, yakni open house terus berlangsung hingga malam hari. Sebenarnya bukan kemeriahan dan aneka penganan serta nuasa budaya yang menghiasi setiap kali perayaan 1 Muharam, tapi keberagaman yang disatukan dari kegiatan keagamaan masyarakat Islam setempat.
Warga kampung Kenanga yang mayoritas pemeluk agama Islam dengan tangan terbuka tanpa ada perbedaan menyambut para tamunya, yang tidak hanya beragama Islam namun juga agama lain yang bertandang ke rumah mereka untuk ikut merayakan tahun baru Hijriah. Terjalinnya komunikasi ini yang setiap tahun terjadi, telah membuktikan di daerah ini warganya selalu rukun kehidupan antar ummat beragamanya. Terutama warga Tionghua yang berada di lingkungan Air Kenanga, Karang Panjang, Tanjung Ratu, Rebo dan Merawang merupakan wilayah yang berada  di perbatasan wilayah lingkungan Kenanga. Lingkungan itu sebagian warganya warga Tionghua yang non muslim.Â
Beberapa warga kampung Kenanga yang saya temui, sebelum perayaan tidak ada undangan khusus bagi warga dari luar kampung Kenanga termasuk juga warga non muslim. Bila kebetulan bertemu saja, mereka mengingat warga dari luar untuk hadir. Ada pula yang mengundang via media sosial maupun pesan SMS maupun melalui WhatsApp.Â
Perayaan 1 Muharam 1441 H tahun ini, suasana keberagaman yang disatukan dalam momentum tahun baru Islam masih terasa dan masih kuat dipertahankan. Daerah yang dikenal dengan kebersamaan warganya dengan sebutan, " Fan Ngin Tong Ngin Jit Jong" (Melayu, Â Tionghua sama saja) masih sangat pantas.Â
Selamat tahun baru Hijriah 1441 H.Â