Sudah ada secangkir kopi yang kubuat sendiri, rasanya manis pahit bagaikan kehidupan. Aku belum melihat matahari, kuintip dari balik jendela sebelum menyeruput kopi. Rasa kali ini berbeda, karena ada rindu. Telah lama menunggu.
Sudah lama tak merasakan kopi buatanmu. Pagi ini telah membangun rindu. Kuseruput kembali kopi, tetap ada rindu. Baru pagi ini kutemukan diksi bahwa kopi itu rindu. Kutepis, tidak sedang dungu.
Biarkan sekali seruput selalu ada rindu. Sudah waktunya merindu, bila tidak hati ini sudah membatu. Kembali kutepis itu, aku tidak ingin rindu menjadi belenggu. Kunikmati saja rindu, dalam adukan kopi yang kuseduh.
Sungailiat, 20 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H