Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Doa Embun

5 Juli 2019   04:33 Diperbarui: 5 Juli 2019   04:57 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Embun jatuh dari daun muda yang baru tumbuh ketika pagi masih belum datang subuh. Embun menimpa rumput hijau yang sempat kering kemarin siang karena kemarau yang mulai menyentuh. Segar rumput bukan karena embun, tapi pagi yang sejuk adalah mula kehidupan tumbuh. Walaupun tidak lama, pagi telah membuat kemarau luluh. Embun adalah sarapan pagi tanam tumbuh. Dengar, marbot telah mengaji memanggilkan subuh.

Taburi doa pagi ini, biar embun ikut berdoa. Ketika doa diaminkan embun, ia jatuh satu-satu memcahkan butirannya. Embun telah mengaminkan doa kita. Menghijaukan daun dan rerumputan yang tak mengalah karena kemarau telah mulai memberikan pertanda bahaya. Kemarau akan menyiksa. Mengerat tanah hingga terbelah, melayukan daun hingga pohon rebah, tapi embun pagi ini mengajarkan kita untuk tidak menyerah.

Sungailiat, 5 Juli 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun