Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ingin Lekas Pulang ke Bangka

23 Mei 2019   22:51 Diperbarui: 23 Mei 2019   23:31 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari terakhir Ica menyelesaikan ujian semester. Selama sepekan ia menjalani ujian. Di hari terakhir ia sudah mendapatkan nilai ujian di hari pertama yakni dengan nilai A min. Pertanda yang baik.

Ica ingin segera pulang. Tapi tiket pesawat kembali ke Bangka dari Padang sudah dibeli untuk tanggal 31 Mei 2019.

" Ayah, bisa tiketnya diganti tanggal 26 Mei saja," seraya tertawa bercanda. 

Ia tidak serius menyampaikan kepada ayahnya. Walaupun masih harus menunggu lama di Padang, baginya bukan beban. 

" Tiket bila pesan sekarang sudah mahal, belum lagi membantalkan pesan tiket sebelumnya akan dikenakan biaya administrasi yang juga mahal," ujar ayah.

" Ica hanya bercanda saja, siapa tahu bisa diubah. Nggak apa-apa kok nunggu sampai 31 Mei," Ica berupaya menenangkan ayahnya. 

Ica sangat tahu sifat ayah, bila ada keinginan dari anak-anaknya ia akan berusaha untuk mengabulkan. Namun Ica tidak ingin menjadi beban bagi ayahnya. Terus ia meminta agar ayah tidak memikirkan permintaannya. Ica beralasan,  selama sepekan masih berurusan dengan pihak kampus.

Sudah satu tahun ini ia merantau, menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi di kota Padang. Ia ingin segera pulang untuk melepas rindu dengan keluarganya dan teman - teman satu SMA dulu. Tapi niatnya diurungkan, karena harus menungggu satu pekan lagi di Padang. Ica ingin merayakan Idul Fitri di kampungnya di Bangka. Tindak ingin menunggu lama menjelang Idul Fitri di perantauan. Tak ingin melepaskan momentum itu. Selama merantau sudah merasakan Idul Adha di perantauan sendirian. Teman satu kos yang sebagian warga setempat, merayakan Idul Adha di rumah masing-masing namun ia hanya sendirian di tempat kos.

Di Bangka Idul Adha dirayakan warganya sama dengan Idul Fitri, walaupun tidak seramai Idul Fitri. Bila Idul Fitri tetap berada di Padang, Ica tak akan sanggup menahan kesedihan. Ketika Idul Adha dulu, saat mendengar tabiran air mata Ica mengalir deras di pipinya. Karena ia ingi lekas tiba di Bangka, melepas rindu dan merayakan Idul Fitri dengan berbagai tradisi. 

Ia kagen dengan masakan ibunya. Ketupat dengan berbagai lauk-pauk,  dari soto, rendang, gulai ayam, serta bebek masak cabe hijau. Momentum yang selalu membuat Ica rindu kampung halaman. Puasa di perantauan juga telah membuatnya tersiksa. Tinggal di rumah kos dengan menu makanan berbuka dan sahur harus dipersiapkan sendiri. Bayangannya melayang jauh ke kampung halaman ingat masakan ibu saat berbuka puasa dan sahur, ada lempah kuning, sambal belacan, rusip dan lain-lain. Walaupun di Padang banyak makanan enak, ia tetap tidak bisa merubah lidahnya tetap kangen dengan masakan ibunya.

Masih harus menunggu sepekan. Mulai hari Jumat, 24 Mei 2019 ia sudah tidak ada kegiatan lagi. Kebosanan pasti akan menghantuinya menunggu selama seminngu, saat pulang ke Bangka. Ia memperhatikan tiket di smartphone  yang sudah dibeli ayahnya.  Hingga ia menghayal sandainya bisa menyulap tanggal keberangkatan yang ada di tiket bisa diubah sehingga bisa pulang dipercepat. Tapi kayaknya tidak mungkin bisa pulang lebih cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun