Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menerobos Hujan

11 Maret 2019   19:44 Diperbarui: 11 Maret 2019   20:09 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Ketika hujan memberi tantangan
turun seketika tanpa beban
tak ada kata lain, terobos hujan.

Hujan kalah dengan kepastian
hujan menang karena keragu-raguan
ragumu yang dipenuhi ketakutan
.  

Aku yang selalu diidentikan dengan hujan
sebenarnya aku bukanlah keturunan hujan
tapi aku dilahirkan bermula dari hujan
Prasangkamu yang berlebihan  menganggap hujan selalu satu darah dengan kejahatan. 

Hujan tidak berdosa, jangan disalahkan 
tidak ada keturunan hujan
tidak ada pula karma dari kesalahan masa lalu, itu berlebihan
hujan turun seketika karena ia melepas beban
terlalu berat mendung, membiarkan lama petang membendung.

Aku tahu dirimu sedang diperjalanan ketika hujan turun
ketika diputuskan menerobos hujan, wajahmu hanya melamun  
hujan masih membekas luka
hatimu tetap memendam rahasia
di dalam hujan ada tragedi yang tak pernah dilupa
hanya dirimu dan hujan masa lalu yang tahu
hujan yang sekarang hanyalah kenangan yang terkubur dari masa lalu
telah menjadi hantu
diri sendiri telah menakutimu.

Hujan hanyalah keputusan
akibat hujan bisa menjadi cerminan
tanah tak ada lagi kekuatan
pohon-pohon tinggal akar terasa kehilangan
sungai telah menyempit akibat sampah plastik yang menyesakan
hujan tak bisa disalahkan
karena bumi telah dilemahkan. 

Teruslah menerobos hujan
diujung kampung akan ditemukan
beberapa jawaban yang membingungkan
dirimu punya andil, walau secuil
titah lama telah dianggap kecil
pesan Moyang kita, jangan tebang hutan untuk kekayaan
tapi cukup untuk makan
tidak ada pesan, hutan untuk hujan
tapi hujan tak pernah menanyakan, dimana hutan
pantas dirimu ketakutan

Sungailiat, 11 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun