Napak tilas waktu, ketika perjalanan malam mengingatkan kembali sejarah negeri lebih limapuluh tahun silam saat sulit mendapatkan nasi. Untung masih ada air susu ibu untuk menambah gizi. Napak tilas waktu, ketika negeri yang ngeri dengan pemaksaan ideologi tanpa asasi. Kisah sejarah membawa ke waktu lapau yang mengiris hati.Â
Perjalanan malam, telah menyegarkan imaji detik-detik kelahiran. Ayah yang buruh perusahaan timah, cari tambahan sebagai pencari kayu bakar menembus belantara hutan. Kisah ayah, sempat tergoda orang bunian, karena tertusuk duri jadi tersadar sehingga pemikat bunian tak mempan. Setelah itu ayah tak lagi kehutan, beralih menjadi guru ngaji. Cukup untuk menambah secanting beras buat nasi.
Perjalan malam akan berakhir, ketika beberapa jam kedepan akan bertambah usia yang tak lagi muda. Bersyukur dalam sujud yang lama karena diberikan kembali waktu dengan jarum jam yang sudah renta. Sisa waktu semoga masih jauh, tersedia banyak tenaga. Tak ada lain kecuali meminta kepada Nya.
Sungailiat, 13 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H