Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Temanku Tionghua

29 Januari 2019   17:51 Diperbarui: 29 Januari 2019   18:01 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak lama, sudah ada berada di kampung kami
Kampung kami Bangka Belitung Negeri Laskar Pelangi
Sejak lahir, teman-teman Tionghua sudah tinggal di sini
Kami sekolah dalam satu sekolah
Tidak ada yang mengganggu ketika ibadah
Sudah sejak sebelum merdeka
Tidak terganggu ketika reformasi menjadi euvoria
Tidak ada yang melarang Tionghua menjadi anggota legeslatif
Tidak ada yang menjegal Tionghua ketika ingin menjadi yudikatif
Begitu pula Tionghua tidak lagi dibatasi berada di eksekutif

Teman-temanku sudah sejak lama tak ingin dipanggil Cina
Teman-temanku lebih suka dipanggil Tionghua
Teman-temanku, Apen, Alim, Akim, Atet hingga ada yang telah masuk Islam berganti nama
Tetap tidak ada masalah
Kecuali mereka yang telah berubah serakah

Kongian, sebutan untuk hari raya Imlek di kampung kami
Sejak lama, tidak ada yang melarang ikut merayakan saling menghormati
Berbeda agama, tak pernah ada saling hina karena sudah terbiasa
Ahiung ketika Imlek, memesan makanan halal yang dimasak bibik Soleha
Beberapa waktu terakhir sempat berhembus kata haram, bila ikut merayakan
Entah dari mana asal mula, sehingga beberapa telah membuat sekat tebal perbedaan
Hanya beberapa saja, tak mempengaruhi harmoni yang telah terbangun lama

Temanku Tionghua, bukan warga negara tapi lebih suka disebut suku bangsa kita
Temanku Tionghua, telah menjadi bagian dari Melayu yang lama berdampingan bersama mereka
Temanku Tionghua, tidak hanya merasakan tolerasi bahkan diantaranya ada yang berasimilasi
Temanku Tionghua, banyak yang pulang ketika hari raya dari rantau berkisah tentang masa lalu yang kuat dengan tradisi
Temanku Tionghua, terasa damai tak ada curiga karena kampung mereka bukan daratan Cina, tapi pulau Bangka
Temanku Tionghua, kadang juga merasa dibeda
Walau tak ada yang membeda-beda
Ketika waktu berubah yang membuatnya curiga
Temanku Tionghua, kampung kita tetap kampung yang lama

Sungailiat, 29 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun