Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Diberaki Camar Beramai-ramai

27 Januari 2019   20:45 Diperbarui: 27 Januari 2019   20:51 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Siang, panas matahari membuat perih
Pasir pantai tak lagi putih
Ketika diberaki camar beramai - ramai
Langit mulai letih
Tak ada yang bisa memarahi

Telah malam
Pantai tanpa cahaya, benar-benar hitam
Hanya terasa basah, bukan hujan yang menyambar
Tapi telah dikencingi kelelawar
Sepasang kekasih pun bubar

Siang, malam sudah ada tanda-tanda
Sudah saatnya, disadari telah dihina
Tanah diberaki
Tanah dikencingi
Camar, kelelawar sedang mengata-ngatai
Karena manusia yang lebih dahulu mengotori
Mengotori dengan plastik, maksiat disertai ceceran mani

Jangan sampai camar bisa meludahi
Jangan sampai kelelawar bisa memaki
Kita berhenti mengotori

Sungailiat, 27 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun