Angin malam menyusup lewat dinding kayu rumah kebun yang tinggi. Aku menikmati bulan purnama terasa aman walau dari hutan sudah mulai keluar beberapa ekor babi. Aku tak peduli karena ia tak akan bisa menggapai tinggi. Biarkan saja ia menyeruduk pagar tanaman. Pasti akan terkena jeratan.
Babi hutan mengacaukan malam yang benderang. Jangan sampai jadi pengacau malam, bila tidak disamakan dengan babi hutan. Biarkan saja sesukanyanya ada waktunya ia meriang. Kemudian berteriak terperangkap dalam kesakitan.
Babi hutan di tengan bulan purnama bukanlah penampakan. Tapi kenyataan yang dikuasai dalang yang melanggar dengan merampas pemilik lahan. Babi hutan telah berdasi. Mengenakan aroma wangi. Berteriak keras mengalahkan srigala. Melibas dengan rakus tak peduli teman sendiri hidup sengsara.
Sungailiat, 15 November 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H