Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati, Slogan Kesehatan yang Tak Basi

11 November 2018   13:18 Diperbarui: 11 November 2018   14:07 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senam bersama di halaman kantor Bupati Bangka sebagai bagian dari kampanye Germas (foto Rustian)

Masyarakat untuk selalu diingatkan untuk selalu hidup sehat. Berbagai cara dilakukan agar berprilaku  hidup sehat, sebagai upaya mencegah tertular berbagai penyakit.

Kata bijak terkait dengan kesehatan tubuh yang selalu didengung - dengungkan sejak dahulu dan masih relevan hingga sekarang bahwa, " mencegah lebih baik daripada megobati." Sehat itu mahal, lebih mahal lagi bila sakit.

Memperingati Hari Kesehatan Nasional ( HKN ) setiap tahun pada tanggal 12 November kita selalu diingatkan pentingnya kesehatan. Kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ( Germas ) dalam rangka Hari Kesehatan Nasional ( HKN ) ke 54 diselenggara di seluruh Tanah Air, termasuk di kabupaten Bangka khususnya di Sungailiat tepat saya tinggal. Saya sempat mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan hari Minggu pagi (11/11) di halaman kantor Bupati Bangka. Dimulai dari senam, kampanye makan buah - buahan, serta pemeriksaan kesehatan gratis dan dijual berbagai jenis sayur - sayuran, sebagai makanan sehat yang kadang sering diabaikan. Makan sayur dapat menyehatkan tubuh, sehingga tidak hanya dipenuhi karbohidrat saja.

Foto Rustian
Foto Rustian
Terkait dengan permasalahn kesehatan Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan besar yakni masalah kesehatan triple burden, masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya Penyakit Tidak Menular ( PTM ), dan penyakit - penyakit yang seharusnya sudah teratasi saat ini muncul kembali. Pada era tahun 1990 an penyakit menular seperti Ispa, Tuberkolosis dan Diare merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan, namun perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadi pergeseran pola penyakit ( transisi epidemologi ). Tahun 2015, penyakit tidak menular  (PTM ) seperti stroke, Penyakit Jantung Koroner ( PJK ) kanker dan diabetes,  justru menduduki peringkat tertinggi. Meningkatknya kematian dan kesakitan akibat penyait tidak menular seperti stroke, jantung, kanker, diabetes menjadi penyebab terbesar kematian dan kecatatan.

Wakil Bupati Bangka Syahbudin mengingatkan masyarakat tentang kondisi kesehatan masyarakat saat ini ketika kampaye Germas di Sungailiat. Juga mengingatkan saya, sudahkah saya menjalankan hidup sehat. Melihat beberapa teman yang terserang stroke disaat usia produktif, menjadi pemandangan yang miris. Usia belum memasuki masa pensiun sebagai PNS harus mengambil pensiun dini karena sakit. Begitu pula serangan jantung sebagai penyakit yang menakutkan, seseorang tampak sehat tapi saat terkena serangan jantung seketika itu bisa menemui ajalnya dan meninggal dunia.

Menggalakkan makan buah (foto Rustian)
Menggalakkan makan buah (foto Rustian)
Diera Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN ), anggaran banyak terserap untuk membiayai penyakit Katastropik, yaitu penyakit jantung koroner, gagal ginjal kronik, kanker stroke dan diabetes. Selain itu pelayanan kesehatan peserta JKN juga didominasi pada pembiayaan kesehatan di tingkat lanjutan (rumah sakit) dibandingkan di tingkat dasar. Fakta ini perlu ditindaklanjuti karena berpotensi menjadi beban yang luar biasa terhadap keuangan negara. Pada peringatan HKN tahun ini kembali kita dingat agar dapat menjalani hidup sehat, dengan makanan yang sehat dan berolahraga.

Meningkatnya penyakit tidak menular dapat menurunkan perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar. Diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Oleh karena itu Kementerian Kesehatan RI secara khusus mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan melalui gerakan masyarakat hidup sehat ( Germas ) guna mewujudkan Indonesia sehat.

Germas merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana dilakukan secara bersama - sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran kemauan dan kemampuan berprilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan Germas dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil masyarakat yang membentuk kepribadian.

Berikut ini 7 indikator Germas yang harus membudaya di masyarakat adalah, 

  • Memperbanyak melakukan aktifitas fisik.
  • Memperbanyak mengkonsumsi sayur dan buah.
  • Tidak merokok
  • Tidak mengkonsumsi alkohol
  • Memeriksa kesehtan secara rutin
  • Membersihkan lingkungan.
  • Menggunakan jamban sehat.

Tidak telalu sulit untuk dilakukan, namun dibutuhkan tekad merealisasikan 7 indikator Germas. Terutama bagi pencandu rokok, sulit untuk dilepaskan. Setelah terkena sakit, serangan jantung, kanker dan lain - lain yang diakibatkan rokok baru seorang perokok berhenti merokok sehingga menjadi sia - sia. 

Foto Rustian
Foto Rustian
Kegiatan tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dan keluarga, dilakukan saat ini juga dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Germas merupakan gerakan nasional yang diprakarsai leh Presiden RI yang mengedepankan upaya promotif dan prefentif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif, rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun