Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pantai Kemarau (2)

27 Agustus 2018   17:10 Diperbarui: 27 Agustus 2018   17:20 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Mencari Harmoni di pasir pantai yang tergoreng kemarau. Telah dikais pasir pantai yang putih tanpa iri dengki tak ditemukan harmoni yang bisa dijangkau. Harmoni telah pergi bersama kepentingan yang dibawa dengan keranjang dipenuhi fitnah. Pantai kemarau mengeringkan luka namun tak mengeringkan nanah. Pantai membusuk bangkai yang telah menyatu dengan tanah.

Pantai kemarau sulit diwangikan angin. Pantai kemarau tak lagi menjadi tempat yang nyaman buat Camar kawin. Batu karang tak lagi tajam. Pasir pantaipun perlahan menghitam.

Sudahlah tak perlu lagi harmoni dicari. Harmoni itu ada diantara kita yang kita buat sendiri. Harmoni itu adalah hati. Harmoni itu suci.  Bila tidak ditemukan di pantai kemarau berarti telah pergi karena telah dirusak sendiri. Mengapa kita begitu mudah diadu domba. Ketika hasutan memporak - poranda. Jangan salahkan sejarah. Adu domba kita ketahui bersama telah menjadi senjata penjajah memecah - belah.

Tinggalkan harmoni tenggelam di pasir putih pantai. Biarkan waktu akan menentukan ketika kemarau pergi melambai. Harus diakui alam sedang gersang. Keberagaman kita sedang ditantang. Persatuan kita sedang digoyang. Belajar dengan gelombang, walau kadang bergejolak tapi tetap tenang.

Sungailiat, 27 Agustus 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun