Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makan Basamo Perantau Minang di Bangka, Galang Dana Bantu Bencana Lombok

24 Agustus 2018   20:56 Diperbarui: 24 Agustus 2018   21:12 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi Makan Basamo Warga Minang Bangka digelar di Sungailiat, kabupaten Bangka yang disatukan dengan kegiatan sosial peduli masyarakat Lombok yang sedang dilanda bencana gempa bumi. 

Kegiatan tersebut digelar dalam rangkaian merayakan Idul Adha 1439 H. 

Ketua Ikatan Warga Bangka Boy Yandra menjelaskan, makan basamo merupakan tradisi slwarga Minang yang mengambarkan sifat kegotong royong dan kebersamaan. 

Makan basamo atau makan bersama itu dilaksanakan usai pemotongan hewan kurban sapi di mushola Almuslimin di  jalan Tonghin, Sungailiat Rabu ( 22 /08). 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Ketua Ikatan Keluarga Minang Bangka ( IKMB)  Boy Yandra mengatakan, warga Minangkabau yang berada diperantauan yakni di Kabupaten Bangka melakukan penyembelihan hewan kurban berupa sapi yang merupakan kurban dari Sujasman pengusaha Rumah Makan Simpang Raya. Daging hewan kurban setelah disembelih dibagi- bagikan kepada masyarakat kurang mampu dan sisanya dimasak untuk dimakan bersama-sama. 

" Kegiatan ini bisa melepas rindu kampung halaman, " ujar Boy. 

Warga Minang di Bangka berkurban sapi setiap tahunnya, yang dagingnya dibagi-bagikan ke masyarakat.  Setelah itu dilanjutkan tradisi masak bersama - sama dengan juru masaknya berasal dari hampir seluruh rumah makan yang ada di Bangka yang turut hadir membantu. Cita rasa makanan yang dimasak dijamin makyus. 

"Sifat gotong royong dan memecahkan masalah bersama, Barek samo dipikul ringan samo dijinjing tercipta dalam tradisi makan basamo, " ungkap Boy Yandra. 

Boy Yandra mengakui,  makan basamo sering dilakukan masyarakat Minang diperantauan dimana biasanya di acara perkawinan atau acara adat lainnya yakni daging yang sudah masak disajikan dengan wajan besar, untuk selanjutnya setelah doa dibacakan baru orang yang dituakan dan penasehat yang memulai menyantap makanan yang sudah terhidang. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Setelah pemotongan hewan kurban, dagingnya telah dibagi-bagikan kepada masyatakat dan sisa daging tersebut dimasak secara bersama-sama diolah menjadi kalio daging dan asam pedas, dengan ditambah sayur dari masing-masing keluarga yang membawa dari rumah dan makanan pavorit berupa jengkol gireng plus kentang sambal ijo juga disajikan dalam menu makanan yang nerupakan kuliner khas Minang yang harus dilestarikan khususnya dirantau urang dan selalu mencerminkan rasa persatuan dan saling bergotong royong. 

Mushola tempat kegiatan makan basamo ini juga menjadi  tempat anak-anak belajar membaca Alquran, majelis taklim dan pertemuan bulana warga Minang Bangka. Adat makam bersama ini selalu dilaksanakan  dan akan terus dibudayakan dirantau orang yang akan memperlihatkan bahwa warga Minang diperantauan selalu bersama, bersatu,  kompak dan bergotong royong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun