Saya berani mengatakan di Bangka Belitung sepi aktifitas kesustraan. Begitulah faktanya. Kegiatan sastra hanya berkutat pada program rutin, yang terkesan hanya menjadi objek yang dilakukan instansi pemerintah khusus untuk pelajar. Bagi para pegiat sastra di luar dunia pendidikan hampir tidak tersentuh.
Lima tahun sebelumnya masih ada kegiatan sastra yang dilakukan para pegiat sastra. Belum lagi di daerah itu tidak ada gedung kesenian. Sebenarnya ada atau tidak gedung kesenian bukan masalah, dijalanan pun bisa.
Selama ini kami lakukan aktifitas membaca puisi di tangga gedung DPRD Kabupaten Bangka, di lapangan basket. Dimana saja asalkan bisa melakukan aktifitas, baik itu membaca puisi, musikallisasi puisi dan lain - lain.
Tapi harus diakui perpustakaan dan taman bacaan masih sepi yang datang maupun membaca di daerah ini. Bergabungnya saya di Kompasiana dapat menyalurkan hobi berpuisi diantara sepinya aktifitas sastra di Bangka Belitung.
Hingga pertengahan 2018 ini, ada teman yang juga pegiat sastra Ira Esmiralda mengjak saya untuk mengupulkan karya puisi. Akhirnya berkumpullah kami bersama dengan Yan Megawandi ( Sekda Provinsi Kepulauan Bangka ) dan pegiat sastra lainnya yakni Sunlie Thomas Alexander dan Willy Siswanto berhasil mengumpul puluhan puisi, terbitlah Antalogi puisi penyair Bangka Belitung, Hujan Kata Kota Logam.
“ Karya kami adalah suara kami, kata - kata kami adalah seperti hujan, baris liriknya adalah kepedulian kami....” pengatar dalam antologi ini yang ditulis Willy Siswanto.
Memang tidak dalam waktu lama, hanya sekitar 2 bulan antologi puisi ini langsung kelar. Belum juga di lounshing, saya dan Ira Esmiralda sudah bagi - bagi buku puisi. Saya juga tidak mau menunggu lama mengendap 100 eks buku yang saya terima menumpuk di rumah.
Kalau Ira langsung menggunakan untuk kegiatan sosial, dalam penggalangana. Saya langsung bergerak menyumbangkan ke perpustakaan sekolah serta perpustakaan milik Pemkab Bangka dan BKPRMI kabupaten Bangka, perorangan termasuk yang saya bagikan kepada Bupati Bangka Tarmizi Saat yang menyukai puisi. Tak lupa kepada para finalis Bujang dan Miak Bangka.
Kabar yang saya terima dari teman - teman yang menulis di antalogi Puisi ini, nanti tetap akan digelar acara launching. Untung masih tersisa beberapa eks buku puisi, yang nanti akan dipergunakan untuk kegiatan ini.
Yang penting saya telah menularkan semangat literasi melalui antalogi puisi kepada penyuka santra dan pembaca buku. Setidaknya ada sedikit geliat sastra di daerah ini. Semoga bisa membangkitkan geliat yang lebih besar terhadap aktifitas sastra di Bangka Belitung.