Saya mengalami keracunan ketika masih menjalani pendidikan kedinasan di Yogyakarta. Itu terjadi pada tahun 2005, menjelang liburan Idul Fitri. Diduga kerancunan itu bersumber dari makanan yang saya konsumsi dari kantin kampus.
Tidak hanya saya, tapi juga terdapat beberapa teman yang juga keracunan. Sekujur tubuh telah dibuat lemas karena kehabisan cairan akibat buang air besar (bab ) terus - menerus, tak terhitung lagi. Pihak kampus membawa dokter mendatangi asrama tempat saya dan teman - teman tinggal. Dokter memberikan beberapa tablet obat untuk diminum guna mengurangi bab.
Upaya dokter itu tidak mengurangi bab saya.  Tubuh benar - benar telah dibuat  lemas. Beberapa teman ada yang sudah dibawa ke rumah sakit dan harus opname karena kondisinya memburuk. Saya tetap bertahan, walau tubuh sudah lemas karena kehabisan cairan.Â
Alasan saya tidak mau dibawa ke rumah sakit, karena kalau saya masuk rumah sakit berarti tidak akan bisa  mudik lebaran sementara tiket pesawat sudah saya beli, dengan rute penerbangan Yogyakarta, transit bandara Soekarno - Hatta, terus ke Pangkalpinang. Waktu itu maskapai yang saya gunakan untuk mudik yakni maskapai yang sudah tidak lagi beroperasi sekarang yakni Adam Air.
Saya sudah bertekad harus bisa pulang lebaran. Harus bisa mudik walau apapun yang terjadi. Ditengah kondisi tubuh saya yang semakin lemah, datanglah teman satu asrama Berta asal Mataram. Ia membawa satu buah kelapa muda berwarna hijau berukuran kecil yang sudah dikupas dan sudah siap diminum. Saya pun diminta Berta untuk meminum. Saya pun meminum air kelapa itu dengan bismillah.
Setelah itu bab saya berhenti. Tinggal 2 hari lagi saya harus pulang ke Bangka. Mudik lebaran ini juga saya gunakan untuk persiapan pulang karenanya saya membawa sebagian besar barang - barang, saat itu saya sudah memasuki waktu akhir perkuliahan mengingat tugas akhir saya sudah selesai, tinggal menyelesaikan ujian praktek.
Saya pulang membawa ransel besar, yang isinya lumayan banyak. Saya mencoba memikul ransel itu dengan disaksikan teman - teman, saya belum kuat memanggul ransel itu. Maka teman - teman memutuskan, saya diantar saja ke bandara kemudian barang - barang langsung dimasukkan ke bagasi pesawat, hingga nanti tiba di bandara di Pangkalpinang.
Setelah minum air kelapa muda berwarna hijau itu, walau belum pulih 100% tapi saya tidak lagi bab. Akhirnya saya bisa pulang mudik lebaran karena kasiat kelapa muda berwarna hijau yang dipetik teman dipekarangan kampus. Kenangan yang berkesan hingga bisa mudik lebaran.
Sambil mudik lebaran, saya memulihkan kesehatan. Istriku terkejut ketika menjeputku dibandara, karena tubuhku sangat kurus.
Sementara kabarnya teman - teman yang diopname di salah satu rumah sakit di Yogyakarta, ketika lebaran tidak bisa mudik lebaran dan tetap berada di rumah sakit.
Inilah pengalaman saya mudik lebaran, walau dalam keadaan sakit karena keinginan yang kuat harus mudik lebaran dicampur rasa rindu yang kuat dengan anak dan istri, setelah hampir satu tahun tidak berjumpa. Berkat izin Allah SWT saya bisa mudik lebaran.