Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Itu Kejam bagi Perempuan

10 Maret 2018   10:06 Diperbarui: 10 Maret 2018   10:24 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterwakilan perempuan 30% yang terus didorong, baik itu di partai politik (parpol) maupun di parlemen meliputi di DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten dan DPRD Kota tidak kunjung tercapai.  Aturan keterwakilan perempuan hingga 30% itu merupakan diskontpolitik bagi perempuan yang belum bisa digunakan perempuan secara maksimal.

Menuru saya aturan keterwakilan 30% perempuan itu, merupakan kemudahan yang diberikan agar perempuan bisa berkiprah di panggung politik Indonesia. Namun besar jumlah perempuan sebagai pemilih juga tidak bisa mendukung calon perempuan yang akan menduduki kursi parlemen baik di pusat maupun di daerah, terbukti dengan para calon perempuantidak banyak pemilih perempuan memberikan suara kepada calon perempuan sendiri. Di kalangan perempuan sendiri tidak saling mendukung, agar perwakilan perempuan bisa menduduki kursi parlemen.

Regulasi kemudahan bagi perempuan agar mendapat tempat di panggung politik Indonesia membuktikan bahwa perempuan tidak berminat terjun ke dunia petik. Peluang perempuan terjun ke dunia politik  yang juga didukung dalam konstitusi tidak membuat perempuan beramai - ramai mencalonkan diri sebagai calon legislatif.

Sebelum adanya aturan 30% keterwakilan perempuan di parpol,  karena sedikitnya perempuan di dunia politik menunjukkan bahwa politik itu terasa kejam bagi perempuan. Politik laki-laki telah menguasai percaturan politik nasional hingga ke tingkat daerah.  Sekarang saja hanya ada 2 perempuan sebagai pimpinan parpol yakni Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarno Putri dan Ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI)Grace Natalie.  Perempuan masih kalah pengaruh dengan laki - laki yang masih mendominasi di parpol.

 Begitu pula beberapa perempuan yang sudah menceburkan diri sebagai politisi juga ikut - ikutan politisi laki - laki turut terjerat hukum seperti Angelina Sunday,  Waode Nurhayati dan lain - lain.  Jadi dunia politik itu benar-benar kejam bagi perempuan. Belum lagi setelah menceburkan diri sebagai politisi harus mengorbankan keluarga,  tak jarang harus bercerai sebagai suami istri.  Politik benar-benar kejam bagi perempuan.

Demikianlah  catatan ringan tentang perempuan politik. Kendati ada kemudahan diberikan dengan  kuota 30% di Parpol tidak cukup menarik minat perempuan.

Salam dari pulau Bangka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun