Selama berlangsungnya turnamen sepakbola Bupati Bangka Cup di Stadion OROM Sungailiat, kabupaten Bangka saya hanya menyaksikan pertandingan saat hari terakhir di babak final.
Ketika memasuki stadion OROM, pandangan saya tertuju kepada beberapa baleho yang terpasang dari tokoh politik kabupaten Bangka dan Bangka Belitung. Dari anggota DPR RI hingga anggota DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan DPRD Kabupaten Bangka. Ada apa gerangan begitu banyaknya terpasangan gambar tokoh politik ini. Apakah menjelang Pilkada?
Kehadiran baleho di event olahraga, sudah pasti sebagai ajang promosi para tokoh politik tersebut. Terlepas mau maju Pilkada 2018, ataupun hanya sekedar promosi diri biasa dihadapan penonton yang setiap sore mamadati stadion OROM selama satu bulan lebih.Â
Timbul pertanyaan apakah mereka mensponsori turnamen, atau hanya memeanfaatkan momentum untuk promosi gratis. Tidak ada informasi yang saya dapat berapa para politisi ini membayar kepada panitia untuk memasang baleho?
Menurut informasi dari sumber tidak resmi yang saya terima, para politisi ini tidak membayar alias gratis. Menunjukan bahwa olahraga masih menjadi objek, termasuk objek politik. Terutama sepakbola sebagai olahraga yang banyak digemari masyarakat Indonesia, dijadikan alat poltik.
Kasihan nasib olahraga. Hanya menjadi pelengkap penderita. Hanya kelihatan kemeriahannya, setelah kompetisi usai gema olahraga kembali redup. Atlet yang berkualitas tidak ditemukan.Â
Sampai sekarang saja, kompetisi sepakbola yang begitu banyak diseluruh Tanah Air dari semua tingkatan, ditambah banyaknya penduduk Indonesia tak dapat menjadi modal utama untuk membentuk tim tanggu sehingga berprestasi dunia. Pertandingan di Piala Dunia sekarang ini hanya mimpi.
Inilah catatan kecil dari nasib olahraga Indonesia, yang masih dijadikan objek. Salam dari pulau Bangka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H