Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bulan Dimakan Bayang-bayang

10 Desember 2017   20:58 Diperbarui: 10 Desember 2017   21:14 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam tak lepas dari dekapan bulan yang kebetulan tidak bersolek malam ini. Bulan tak benderang karena dimakan bayang - bayang yang semakin meninggi. Bulan kehabisan bedak juga kekeringan minyak wangi. Walau begitu ketiak bulan tetap wangi.

Bulan dimakan bayang - bayang. Jalannya diarak awan terasa dalam kejaran sehingga membuat bergoyang. Malam yang semakin jauh semakin membuatnya sempoyongan. Trauma masa silam membuat kebahagian jadi hilang.

Bayang - bayang hanyalah sakit jiwa yang belum kelar. Mungkinkan bulan akan terkapar? Ketika sakit terulang terasa wajah tertampar. Walaupun bulan hanya sedikit karena tertutup bayang - bayang tapi masih ada sedikit sinar. Biarkanlah sakit yang pernah menyakiti karena itu bagian dari perjuangan sementara hidup belum kelar.

Sungailiat, 10/12/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun