Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Api Sumpah Pemuda Untuk Melawan Berbagai Bentuk Perpecahan

28 Oktober 2017   17:56 Diperbarui: 28 Oktober 2017   18:17 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara Hari Sumpah Pemuda di halaman kantor Bupati bangka (dok. Humas Bangka)

Pernah kita membayangkan bagaimana seorang Muhammad Yamin dari Sawalunto dapat bertemu dengan Yohannes Leimena dari Ambon ? pernah kita membayangkan bagaimana seorang Katjusungkana dari Madura dapat bertemu dengan Lefrand Senduk dari Sulawesi ? Bukan hanya bertemu tapi mereka berdiskusi, bertukar pikiran mematangkan gagasan hingga akhirnya bersepakat mengikatkan diri dalam komitmen Keindonesiaan.

Pada hal jarak antara Sawalunto dengan kota Ambon lebih dari 4000 km, hampir sama dengan jarak antara kota Jakarta ke kota Shang Hai di Cina.

Sarana transportasi umum saat itu, masih mengandalkan laut, Dibutuhkan waktu berminggu - minggu untuk bisa sampai ke kota mereka. Alat komunikasipun masih terbatas, mengandalkan korespondensi melalui kantor pos. Hari ini surat dikirim, satu dua bulan kemudia, barulah sampai di alamat tujuan.

Ilustarsi bagaimana pertemuan para pemuda dari seluruh Indonesia pada tahun 1928 yang isa diwujudkan melalui kongres pemuda II sehingga melahirkan Sumpah Pemuda yang disampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Wakil Bupati Bangka Rustamsyah yang bertindak selaku inspektur upacara Hari Sumpah Pemuda ke 89 tingkat Kabupaten Banga di halaman kantor Bupati Bangka di Sungailiat, Sabtu (28/10).

" Kita tentu patut bersyukur atas sumbangsih para pemuda Indonesia yang sudah melahirkan sumpah pemuda, Sudah seharusnya kita meneladani langkah - langkah dan keberanian mereka hingga mampu menorehkan sejarah emas untuk bangsanya," tutur Rustamsyah Wakil Bupati Bangka.

Dikatakannya, bandingkan dengan era sekarang. Hari ini sarana transportasi umum sangat mudah untuk menjangkau ujung Timur dan Barat Indonesia hanya dibutuhkan waktu beberapa jam saja untuk dapat berkomunikasi dengan pemuda dipelosok - pelosok negeri ini, cukup dengan menggunakan alat komunikasi, tidak perlu menunggu datangnya tukang pos hingga berbulan - bulan lamanya. Interaksi sosial dapat dilakukan 24 jam, kapanpun dan dimanapun.

Namun, anehnya justru dengan berbagai macam kemudahan yang kita miliki hari ini kita justru lebih sering berselisih paham, mudah sekali memvonis orang, mudah sekali berpecah belah, saling mengutuk satu dengan yang lain, menebar fitnah dan kebencian, Seolah - olah kita ini dipisahkan oleh jarak yang tak terjangau, atau berada di ruang isolusi yang tidak terjamah atau terhalang oleh tembok raksasa yang tinggi dan tebal hingga tidak dapat ditembus oleh siapapun. Padahal, dengan kemudahan teknologi dan sarana transportasi yang kita hadapi hari ini seharusnya lebih muda buat kita untuk berkumpul, bersilaturahim dan berinteraksi sosial. Sebetulnya, tidak ada ruang untuk salah paham apalagi membenci, karena semua hal dapat kita konfirmasi dan kita klarifikasi hanya dalam hitungan detik.

Wakil Bupati Bangka Rustamsyah sebagai inspektur upacara Hari Sumpah Pemuda ke 89 dok. Humas Bangka)
Wakil Bupati Bangka Rustamsyah sebagai inspektur upacara Hari Sumpah Pemuda ke 89 dok. Humas Bangka)
Dalam sebuah kesepatan presiden RI Bung Karno pernah mengatakan, " Jangan mewarisi abu sumpah pemuda, tapi warisilah api sumpah pemuda, kalau sekedar mewarisi abu, saudara - saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu Bahasa, satu Bangsa dan satu Tanah Air. Tapi ini bukan tujuan akhir, "

Pesan yang disampaikan Bung Karno ini sangat mendalam khususnya bagi genenasi muda Indonesia, api sumpah pemuda harus kita ambil dan terus kita nyalakan, kita harus bernai melawan segala bentuk upaya yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Kita juga harus berani melawan ego kesukuan, keagamaan dan kedaerahan kita. Ego ini kadang kala mengemuka dan menggerus persaudaraan kita sesama anak Bangsa.

Kita harus berani mengatakan bahwa persatuan Indonsia adalah segala - galanya, jauh diatas persatuan, keagamaan, kesukuan, kedaerahan, apa lagi golongan.

Mari kita cukupkan persatuan dan kesatuan Indonesia, Stop segala bentuk perdebatan yang mengarah kepada perpecahan Bangsa. Kita seharusnya malu dengan para pemuda 1928 dan juga kepada Bung Karno, karena masih berkutat disoal - soal ini. Sudah saatnya kita melangkah ke tujuan lain yang lebih besar, yaitu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun