Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Seleksi CPNS, Jangan Pernah Niat Nyogok!

7 September 2017   13:49 Diperbarui: 7 September 2017   17:31 2963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : news.rakyatku.com

Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau sekarang disebut dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) masih menjadi cita-cita kebanyakan lulusan berbagai strata pendidikan. Lulusan Strata 1 setelah lulus dalam seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dengan pangkat IIIa akan menerima gaji masih 80% sekitar Rp 2 jutaan. Setahun kemudian baru menjadi PNS dengan gaji sekitar Rp 3 jutaan. Kecilkan gaji yang bakal diterima.

Kendati gajinya kecil tapi jadi PNS masih diserbu pencari kerja, terbukti dalam penerimaan CPNS tahun ini baik itu di Kementerian, Lembaga maupun Pemerintah Daerah ( Pemda ). Daya tarik lainnya menjadi PNS yakni bakal menerima pensiun, kerjanya santai sehingga tidak terlalu terbebani. Bagi yang berniat ingin kerja santai, ya bisa saja santai. Tapi kalau penuh disiplin, menjalankan amanah dengan penuh tanggungjawab, tetap beban kerja dan tanggungjawab juga berat. Semuanya tergantung niat dari hati.

Demikian pula saat mengikuti seleksi CPNS, kalau niatnya sungguh-sungguh juga akan berhasil. Tipsnya sama saja ketika sedang mengikuti ujian di sekolah atau juga Ujian Nasional. Saat akan mengikuti tes sudah bisa mengukur kemamampuan diri, serta persiapan yang dilakukan sebelum hari H seleksi. Konsentrasi saja kepada soal-soal yang akan dijawab sebagai materi seleksi, jangan pernah berpikir yang buruk diantaranya akan melalui pintu belakang alias Nyogok ( Suap ) agar bisa lulus seleksi. Dengan cara menyuap ini juga banyak orang tertipu karena memberikan uang sogok kepada oknum yang mengaku-ngaku bisa meluluskan, padahal sesungguhnya adalah penipu. Jadi yaknilah dengan kemampuan sendiri. Jangan sampai status yang disandang hingga hari tua, yakni pensiun bahwa mendapatkan PNS dengan cara-cara curang.

Apakah masih ada kecurangan dalam tes CPNS? Pertanyaan yang sulit dijawab dengan pasti, tapi berbaik sangka sajalah apalagi sekarang sitem seleksi sudah berbasis komputer yang tersambung dengan perangkat internet. Cara tersebut lebih kecil kemungkinan terjadinya kecurangan, ketibang menggunakan cara manual pada seleksi-seleksi masa lalu. Tahapan seleksi CPNS saat ini lebih gampang, setelah lulus seleksi adminitrasi, ikuti tes tertulis kemudian sudah dinyatakan lulus. Kalau dimasa lalu, saat era orde baru ada namanya tes wawancara terkait dengan bersih lingkungan terlibat atau tidak PKI atau organisasi terlarang lainnya yang ditujukan baik kepada peserta seleksi CPNS maupun keluarga. Tes tertulis berhasil lulus, namun ketika melalui tes wawancara bisa saja digugurkan.

Saya pernah mengikuti tes CPNS beberapa kali, tidak lulus namun tidak pernah berputus asa. Bila ada kesempatan, ikut tes lagi. Karena sungguh-sungguh diiringi doa, Alhamdulillah dapat lulus juga pada tahun 1995. Sampai sekarang sudah 20 tahun lebih  mengabdi. Jangan pernah terbersit dibenak untuk menyuap agar bisa lulus seleksi CPNS.

Setelah mengikuti tes CPNS saat menjelang akan dilakukan pengumuman kelulusan juga harus berhati-hati dan waspada, karena saya pernah mengalami masalahnya penipuan itu selalu ada, oknum ini sudah mengetahui saya akan lulus CPNS, ia meminta sejumlah uang dengan menjamin pasti lulus, Saya tetap pada komitmen, tidak akan pernah nyogok, tetap saya tolak. Akhirnya Surat Keputusan (SK) CPNS dapat saya terima. Intinya ikuti seleksi dengan sungguh -sungguh dengan niat yang tulus karena Nya, Insya Allah apa yang di cita-citakan akan terwujud. Selamat mencoba.

Salam

Rustian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun